Kamis, 30 September 2010

Welcome NEW COMER!!!

Cerita Alexandrea dengan bahasa "aku".

Masih teringat jelas 7 tahun yang lalu, saat pertama kali aku masuk dunia kerja yang sebenarnya... Saat aku datang pada hari H, menghadap bagian personalia adalah tindakan pertama untuk mendapatkan orientasi, sempat dag-dig-dug juga, tapi Alhamdulillah aku diarahkan untuk melakukan orientasi ke seluruh bagian... hufsh keliling sendiri tanpa tahu siapa dan di mana.

Direktur adalah orang pertama yang kutemui, ada kegamangan masuk ke ruangan yang besar, ada ketakutan ketika harus bertemu dengan pemilik tempat kerja yang akan menjadi pemimpinku nanti... dan... Beliau tersenyum, dengan ramahnya mempersilahkanku duduk dan akhirnya diajak ngobrol ke sana kemari. Memang kami sudah pernah bertemu pada kesempatan yang lain dan beliau sudah mengenalku, tetapi dalam kapasitas yang berbeda, sehingga auranya pun berbeda... Thanks God, ucapku dalam hati.

Selanjutnya, ke seluruh jajaran di bawah garis struktural... dan Alhamdulillah penerimaan merekapun sangat bersahabat penuh kekeluargaan, semua tugas dan wewenang masing-masing bidang dijelaskan dengan baik dan akupun sibuk mencatat semuanya sebagai bahan laporan dan bekalku bekerja nanti. Tak pelak lagi bahkan ada yang sudah mulai pasang aksi tebar pesona dengan menahanku untuk berlama-lama berbicara dengannya, ngomong ngalor-ngidul tidak berfokus pada job description... lalu yang lain dengan terang-terangan menggodaku dengan segala atribut jasmaniah yang aku sandang... hhhmmm, inikah resiko seorang karyawan baru? as a new comer like a kid who didn't know anything? dan yang bisa kulakukan hanyalah mengikuti apapun yang diinginkan dan disampaikan mereka-mereka, mengiyakan dengan senyum terus tersungging, entah senyuman itu ternilai sebagai senyum ihlas atau dipaksakan, tapi yang jelas itulah sikap dan habitual seorang karyawan baru yang ingin benar-benar diterima sebagai bagian tak terpisah dari keluarga besar.

dan... akhirnya sampailah di ruangan kerjaku... hhhmmm, aku duduk di mana yaaa. Ketika berada pada ambang kebingungan, seorang senior menyampaikan kalau selama masih disiapkan meja kursiku, aku bisa menempati kursinya karena dia sedang ditugaskan ke luar untuk beberapa tahun... Alhamdulillaah, betapa baiknya seniorku itu. Tapi aku masih bingung, apa yang harus kulakukan pada hari pertama ini... bisanya main ke beberapa bagian yang sekiranya bisa kupelajari bagaimana cara kerjanya.

H+1... masih tetap berdiam diri, melihat semuanya sudah sibuk dengan pekerjaannya sedangkan aku hanya bisa diam mematung dan mondar-mandir. Sangat beruntung aku sudah banyak mengenal rekan kerja karena mereka satu almamater denganku, dan mereka mengajakku berbincang, tapi tidak lama karena sudah mulai sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing. Aku mencoba mendatangi salah seorang senior dan menanyakan apa yang harus aku bantu, dia hanya tersenyum dan berkata "santai sajalah non, nanti pasti banyak kerjaan untukmu"... hehehe, yach akhirnya aku hanya duduk mematung di sebelahnya seperti sapi yang dicocok hidungnya.

Hari berlalu dan tak terasa sudah 1 minggu aku bekerja... suasana sudah dapat kuatasi karena lingkungan sangat familier, habitual kerjanya tidak seperti kerja dengan Belanda atau Jepang saat perang jaman dahulu, pun tidak terlihat adanya pemetaan struktural, semua berbaur jadi satu... dan yang paling membuatku nyaman dan berkesan adalah tiap pagi Direkturku tercinta mendatangi dan menyapaku, padahal ruangan kerjaku ada di lantai 2 sedangkan beliau di lantai 1. Beliau menanyakan bagaimana hari ini, bagaimana selama berbaur dengan teman-teman dan berbincang santai tentang kehidupan sehari-hari... dan bahkan aku diberi beliau seragam miliknya plus sandal dan sepatu... wow, how nice she is, i do proud of her.

Inilah lingkungan kerja yang kumiliki, penuh keakraban dan penerimaan, dan dengan tidak begitu lama aku sudah diberikan tanggung jawab seperti senior-senior dan bahkan aku merasa lebih banyak, ada beberapa tugas tertentu yang tidak bisa dilakukan oleh senior akhirnya diberikan kepadaku... sebuah bentuk penghargaan yang tiada taranya, menurutku. Karena bekerja bukan untuk mencari penghasilan tetapi lebih pada pengaktualisasian diri dan pengakuan kemampuan diri oleh yang lain.

Nach kenapa semua rasa itu terjadi? Perasaan takut, canggung, bingung, diam tak tahu arah, lalu merasa diperhatikan, diterima, dihargai dan dihidupkan itu ada? Semua karena proses yang memang harus dilalui oleh seorang karyawan baru. Lalu bagaimana yang sebenarnya? Apa yang harus dilakukan oleh new comer? Senior bahkan seorang pimpinan?

Menurut perpektif interaksionis, dalam hubungan sosial memang tidak pernah lepas dari interaksi, yang nantinya akan mempengaruhi sikap dan perilaku kita terhadap orang lain, individu merupakan pihak yang aktif dalam menetapkan perilakunya dan akan membangun harapan-harapan sosial, yaitu lingkungannya. Sukses tidaknya seorang new comer di dunia kerjanya sangat tergantung pada kemampuan dirinya berinteraksi dan belajar sesuai dengan harapan lingkungannya.

Nach, dalam dunia pekerjaan sudah barang tentu seorang karyawan baru akan melakukan yang terbaik agar bisa diterima oleh lingkungannya, mulai dari menunjukkan sikap dan perilaku yang menyenangkan yang bisa dinilai oleh orang, berfikir positif, tidak banyak menuntut, diam untuk mengamati, mengikuti aturan yang ada, memenuhi peran yang telah dibentuk untuknya bahkan sampai menunjukkan simbol-simbol positif yang semuanya bermuara pada pengakuan atas keberadaannya. Sehingga tidak begitu banyak masukan positif apa yang seharusnya dilakukan oleh new comer, semua hanya terangkum pada "be a good new comer". Apalagi ketika seseorang sudah masuk dalam kualifikasi kerja yang diinginkan oleh suatu perusahaan/instansi, berarti mereka sudah memenuhi syarat minimal dan mereka telah siap melakukan tugas sesuai job yang diberikan dengan kemampuan yang ada. Yang menjadi permasalahan hanyalah tentang kesiapannya menghadapi dunia pekerjaan dan atau suasana kerja yang baru.

Menyikapi kesiapan new comer, maka banyak komponen yang berperan di dalamnya, baik pelaku sendiri; senior rekan sejawat; pimpinan bahkan lingkungan sekitarnya. Pada kondisi yang umum, ketika pertama kali bekerja, perpektif struktural dalam teori peran; pernyataan-harapan dan posmoderisme menggambarkan bahwa individu mempunyai peran pasif dalam menentukan perilakunya, dalam hal ini bagaimana harapan dan peran yang ditentukan lingkungannya sangat mempengaruhi perilaku sosial individu, individu bertindak karena ada kekuatan struktur sosial yang menekannya. Artinya, senior; pimpinan dan lingkungan sangat berperan dalam pembentukan pribadi dan kemampuan kinerja karyawan baru. Nach inilah yang dikatakan bahwa justru yang menjadi permasalahan yang sering muncul di dunia kerja adalah apakah rekan-rekan senior siap menerima karyawan baru? siapkah menjadikan dia sebagai bagian dari kehidupan mereka sebelumnya? karena kondisi ini sangat berpengaruh pada kesiapan kerja para karyawan baru.

Banyak pendapat yang muncul ketika muncul pertanyaan apa yang akan kalian pikirkan dan atau perbuat ketika menghadapi karyawan baru yang masuk di lingkungan kerja anda? Jawaban beragam diperoleh, mulai dari di"plonco" khas OPSPEK masa sekolah/kuliah, diajak keluar disuruh nraktir, dicuekin, atau bahkan dilihat dahulu siapa dia... hmmmm, ternyata ada juga peng-kasta-an karyawan baru. Jawaban tersebut berdasarkan pada flashback masa lalu seorang senior ketika dahulu pernah merasakan sebagai yunior, dengan upaya-upaya tersebut maka akan diketahui sejauhmana solidaritas dan penghormatan new comer kepada seniornya sehingga nantinya akan mudah diketahui apakah dia bisa diajak kerjasama dengan baik atau tidak. Bahkan yang lebih ekstrim lagi ketika di-kasta-kan, sudah barang tentu perlakukan akan berbeda bagi karyawan baru dengan posisi tinggi dan rendah. Jika argumen ini yang dibentuk, maka sudah barang tentu kita tidak akan mendapatkan karyawan yang baik, karena pada dasarnya sebagaimana ulasan di atas, seseorang yang baru masuk pada dunia asing maka dia akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk berbuat yang terbaik, jadi masih belum dijadikan suatu ukuran tentang penilaian obyektif terhadap seseorang, apalagi jika untuk peng-kasta-an.

Masih dalam tataran hubungan antara old comer dan new comer, kebanyakan seorang pemimpin dan old comer tidak begitu memperdulikan sejauh mana kesiapan mereka untuk menerima dan membantu karyawan baru agar kiranya dapat beradaptasi dan siap menjalani dunia kerja bersama mereka. Ada anggapan bahwa bekerja hanyalah kesiapan fisik dan kemampuan kognitif dan motorik, selebihnya tidak, sehingga pasti akan muncul statement (biasanya dari senior dan pimpinan) bahwa "jika mereka (new comer) memang sudah siap bekerja dan sudah mendapatkan job sendiri-sendiri, maka sebenarnya keberadaan karyawan lama tidak akan berpengaruh pada kinerja mereka, selama mereka bekerja sesuai dengan job description masing-masing yang telah disepakati"... hmmm, "nice" statement.

Ketika seorang pemimpin atau senior mempunyai sudut pandang seperti itu, maka yang ada di benaknya adalah bekerja hanyalah menggunakan fisik dan kemampuan, bukan dengan hati. Memang pada dasarnya bekerja adalah menyelesaikan tanggung jawab sesuai dengan job description masing-masing, tetapi kita tidak boleh melupakan hal yang paling penting bahwa mereka adalah MANUSIA yang terdiri dari body mind and soul, bukan sebuah mesin. Kalau mesin, selama telah diketahui spesifikasinya dan menggunakan sesuai dengan petunjuk pemakaian maka akan didapatkan hasil produksi mesin tersebut sesuai dengan yang telah distandartkan, dan jika tidak sesuai dengan apa yang disampaikan maka bisa dilakukan  klaim garansi, tetapi hal ini tidak bisa diperlakukan pada manusia. Manusia memiliki kemampuan untuk beradaptasi, menyesuaikan situasi yang dihadapi, mempunyai kemampuan untuk berubah dan perubahan itu bisa positif dan negatif, tergantung bagaimana lingkungan bersikap kepadanya. Suasana kerja yang sudah full stressor baik secara fisik maupun psikis (misalnya panas, pengap, tugas menumpuk, peran ganda, ditambah pergunjingan, kasak-kusuk dan antipati dari rekan-rekan yang lama) akan berdampak negatif terhadap kinerja karyawan baru. Nach ini perlu dihindari dan ini tugas karyawan lama serta pemimpin untuk mengkondisikan para senior. Kedatangan karyawan baru bukan sebagai penambah stres, tetapi justru keberadaan mereka diharapkan dapat meringankan beban kerja yang lain dan bahkan diharapkan akan melahirkan ide-ide baru untuk kemajuan bersama.

Ketika dalam penyambutan karyawan baru masih ada perpektif "perploncoan" dan dianggap bahwa mereka membutuhkan perusahaan untuk mencari kerja, dan mereka seharusnya mampu menyesuaikan diri dengan segera, serta pemikiran bahwa sudah merupakan kewajaran jika pegawai baru dipergunjinkan pegawai lama sebagai bentuk ujian pertama, apakah anak baru itu kuat dan bisa bertahan... maka perpektif ini perlu diluruskan dan bahkan dibuang jauh-jauh. Bekerja bukanlah sekolah yang notabene membayar, sehingga jika ada murid yang tidak tahan, maka dia akan berpikir 2 kali untuk pindah atau keluar, karena otomatis dia akan mengeluarkan biaya lebih banyak lagi. Bekerja bukan membayar, tetapi dibayar oleh perusahaan atau instansi, bukan oleh uang pribadi direktur atau justru para senior, bukan juga melalui pendaftaran biasa, tetapi melalui proses rekruitment dan training, sehingga biasa perusahaan atau instansi sebenarnya juga berasal dari hasil keringat para karyawan tidak terkecuali karyawan baru dengan cara mengurangi keuntungan; bonus; pemotongan gaji dan lain-lain. Nach, akan lebih baik jika mindset kita diubah dengan berfokus pada penggalian potensi yang masih terpendam dari para karyawan baru agar bisa bersinergi dengan tim dan memberi hasil terbaik untuk perusahaan/instansi, bukan dengan mengobrak-abrik integritas diri seorang karyawan baru.

Kesiapan dari lingkungan (karyawan lama dan pimpinan) inilah sebenarnya yang lebih penting disamping kesiapan karyawan baru itu sendiri. Dalam menyikapinya banyak sudut pandang perspektif sosial, baik perspektif behaviorism; kognitifism, struktural dan interksionalism, mulai dari langsung dengan senang hati menerima mereka dengan memperkenalkan diri; memberi "welcome drink", mengorientasikan lingkungan dan kerja, serta mengevaluasi kemampuan karyawan baru dalam beradaptasi, pun juga ada yang berfikir dahulu apa dan bagaimana perasaan seorang karyawan baru untuk kemudian melakukan tindakan untuk menyambutnya, atau bahkan membiarkan beradaptasi dan biar lingkungan yang membentuknya atau justru terjadi interaksi sosial yang kondusif sehingga individu lebih aktif untuk mencapai tujuannya. Hal ini adalah sedikit teori dalam berhubungan sosial yang pada dasarnya tidak bisa diambil salah satu dengan tidak menggunakan yang lain.

Tidak salah ketika kita melakukan beberapa hal di atas, yang perlu diketahui, keinginan pertama seorang pegawai baru adalah diterima oleh lingkungannya dan akhirnya bisa bekerja bersama dengan nyaman dan penuh sinergisitas. Apa yang telah dilakukan seorang senior (memperkenalkan diri sampai orientasi dan evaluasi kemampuan adaptif) adalah salah satu kewajiban senior, dan ketika tindakan itu kita lakukan maka sebenarnya kita masih memposisikan diri sebagai senior, bukan rekan; teman atau bahkan sahabat. Selain hal di atas ada yang lebih perlu ditanamkan, yaitu tidak hanya selesai pada orientasi lingkungan dan tugas untuk kemudian membiarkan dia beradaptasi sendiri, tetapi lebih pada bagaimana senior dan pimpinan menerima mereka lahir batin dan menciptakan lingkungan yang kondusif dengan saling berbagi, saling mendukung dan tidak membiarkan dia sendirian beradaptasi. Tidak kalah pentingnya adalah seorang pimpinan hendaknya mengajak karyawan lama untuk berbagi hal-hal positif dan bermanfaat agar karyawan mampu segera beradaptasi, bahkan tidak menutup kemungkinan karyawan baru bisa memunculkan ide SOP yang brillian, karena terkadang kita sebagai orang lama sudah jenuh dengan rutinitas dan merasa tidak ada yang perlu diubah, dengan adanya karyawan baru kadang dia bisa melihat hal luar biasa yang kita anggap tidak penting. Dengan perubahan itu, profit meningkat dan kesejahteraan akan meningkat pula termasuk kredibilitas institusi akan semakin diperhitungkan.

Team work yang baik adalah team yang saling mendukung bukan saling menjatuhkan, bisa bersinergi untuk mencapai tujuan institusi. Oleh karenanya, kemampuan pimpinan membaca team work dan situasi, menempatkan karyawan baru dan lama pada porsi yang sesuai dengan tetap memperhatikan body mind and soul termasuk juga mengajak bicara karyawan lama untuk mengkondisikan situasi akan menjadi kunci kesuksesan suatu institusi.

Jika tim yang sudah ada seperti AIR, maka new comer adalah SYRUP KENTAL, SUSU, BUAH. Kita harus BERANI MEMOTONG buah, MENUANG syrup, MENUANG susu, SEMUA dengan TAKARAN YANG PAS. Untuk itu, air; syrup; susu dan buah HARUS SIAP DIAUK DAN MELEBUR, agar menjadi juice nikmat. PLUS, kita harus menata tampilan jadi menarik untuk bisa dinikmati.

Sambutlah dengan salam, senyum, dan sapa... berkhusnudzonlah terhadapnya, berikan kesan yg baik, jadikan dia terbantu saat proses adaptasi, bantu dan coba jadilah org yg menyenangkan baginya. Hadirkan diri untuk membantunya, karena membantu sesama saudara adalah kewajiban dan pasti Allah akan menolong kita, karena Allah akan menolong kita kapanpun kita menolong saudara kita, sebagaimana Sabda Rasulullah "Sungguh Allah menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya", sebesar apa perhatian kita kepada manusia yang membutuhkan pertolongan, maka sebesar itu pulalah perhatian Allah kepada kita!
 
Sambutlah new comer, seperti lahirnya seorang bayi bagi pasangan suami istri yang sudah lama mengharapkannya. Siapkan mental sang kakak pula yang mungkin akan cemburu pada adik baru. Cobalah tetap adil dan bijak pada semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar