Rina (R) tampak cemberut, ketika Sony (S) mendatangi mejanya. Melihat hal itu, Sony langsung menyapa:
S: "Rin, kamu kenapa, sakit ya? kok tampak kusut?
R: (Rini melirik sekilas ke Sony dan berkata), "Nggak kok, aku lagi kesel aja ama si Rudi tuch, huh!".
S: "Emang Rudi ngapain?"
R: "Itu lho, dari tadi tiap kali aku lewat di depannya, dia melirik ke aku lalu mendengus dan berdecak, sepertinya dia nggak suka sama aku, padahal apa salahku? aku kan cuma menyampaikan laporanku ke pak Dito. Memang biasanya juga begitu aku selalu lewat di depannya, karena mejanya dekat dengan ruangan pak Dito, tapi tidak seperti biasanya, sudah berkali-kali dia bersikap seperti itu padaku. Aku kan jadi kesel, apa karena dia iri yaa aku lebih dipercaya oleh pak Dito untuk menyelesaikan laporanku sedangkan dia tidak, karena dia pernah dipercaya tetapi tidak menyelesaikan, bahkan tadi juga mejanya bersih tak mengerjakan apa-apa!!!"
Sony tertawa terbahak-bahak begitu selesai mendengar keluh kesah Rini. Melihat itu, Rini semakin kesal.
R: "Hei, kamu kok malah ngetawain aku sich, empati dikit kek, apa kek. Emangnya aku lucu ya??!! Huh, kamu tuch sama aja ternyata ma Rudi, ngeselin!!!"
S: (Sony akhirnya berhenti ketawa), "Hehehe, maafkan aku Rin, aku nggak bermaksud menertawakanmu, tetapi aku jadi ingat cerita temanku di satu daerah peternakan.
R: "memang apa hubungannya?"
S: "dengarkan dulu Rin, temanku itu bertempat di daerah peternakan keledai, karena begitu banyaknya keledai di daerah tersebut, sampai-sampai berkeliaran di jalan raya. Nach ketika temenku itu sedang jalan-jalan sore, dia melihat ada keledai yang berlari menyeberangi jalan, dan ternyata dari arah berlawanan ada mobil yang melaju kencang. Refleks dia memperingati pengedara mobil itu dengan spontan berteriak "Keledai!!!", seketika pengendara itu marah dan mengumpat temanku itu dan langsung menambah tancapan gas mobilnya. Pengendaranya wanita. Rupanya dia salah sangka atas peringatan itu. Sang wanita tidak semakin berhati-hati malah menambah laju kencang mobilnya sambil tetap mengomel... dan... BRAKKKK!!! akhirnya wanita itu betul-betul menabrak keledai itu, atau keledai itu yaaa yang menabrak mobil.... ach au' ach, yang jelas keledai itu sudah mecahin kaca depan dan nangkring kaki di dashboard mobil..." (Ternyata si wanita itu berfikir bahwa teman tersebut sedang menggoda dan menggolok-olok dia dengan sebutan keledai, padahal maksud teman tersebut adalah "hati-hati ada keledai".)
"Rin, begitu aku mendengar keluh kesahmu, aku langsung ingat cerita itu. Hati-hati, jangan sampai kita salah menduga dan menyimpulkan sesuatu. Kamu belum tanya kan ke Rudi kenapa dia begitu?
R: hehehe, belum siiich, tapi ya enggak lah, ngapain juga ditanya wong tampangnya udah kaya kertas ditekuk gitu, burem, menyebalkan, entar salah-salah dia GR lagi. Kalaupun kusapa, apalagi kalau bukan itu kesimpulannya, dia tidak suka aku, ya kan? (Rini masih membela diri).
S: (tersenyum). "Rin, kebetulan tadi aku juga lewat berkali-kali di depannya, dan Rudi juga bersikap demikian, langsung saja aku tanya kenapa, ternyata tahu gak, dia sedang sakit gigi sudah lama gak sembuh-sembuh, gusinya bengkak, makanya dia terus berdecak dan mendengus, bagaimana dia bisa merespon dirimu kalau untuk mengatasi sakitnya saja dia tidak kuat lagi. Barusan aku mengantarnya dari klinik dan menurut dokter, giginya harus dicabut, tetapi karena gusi masih bengkak maka diberi obat dulu menunggu sampai kempis tuch gusi, baru dicabut"
R: (bengong)... "oooo, sakit gigi ya, kirain kenapa" (sambil tersipu malu)
Saudaraku,
Kejadian di atas adalah salah satu ilustrasi bagaimana hidup itu memang dipenuhi dengan aktifitas, sikap dan perilaku diri dan orang lain yang akan menimbulkan persepsi. Persepsi seseorang dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya usia, status pendidikan, status sosial, status pekerjaan, pengetahuan, kejadian masa lalu, bekal dan dasar hidup. Persepsi positif dan negatif tidak bisa dipaksakan tetapi bisa ditata.
Sebagai makhluk sosial maka dalam berproses diperlukan kemampuan untuk memanage diri untuk bisa bersikap sesuai dengan peran yang telah dibuat untuk kita oleh masyarakat, termasuk diantaranya bersikap terapeutik, empati dan menyenangkan bagi orang lain. Kata orang Jawa, teposeliro (saling menghargai) adalah hal yang tepat untuk hidup bersama dengan yang lain. Teposeliro ini tidak hanya menghargai pendapat seseorang, tetapi juga terhadap perasaannya sehingga kita tidak mudah untuk membuat orang lain menderita dan berprasangka.
Telah diajarkan oleh agama kita bahwa jauhilah prasangka buruk dan selalulah berprasangka baik pada orang lain, artinya sekuat tenaga kita harus menghilangkan prasangka buruk pada orang lain dan mempertahankan prasangka baik, hal ini bukan berarti kita akan mudah dibohongi karena selalu berprasangka baik, tetapi memanagenya. Kenapa agama mengajarkan itu?
Prasangka buruk akan berakibat buruk bagi diri sendiri dan orang lain, karena ketika kita menyimpulkan sesuatu yang buruk pada orang lain, maka sebenarnya saat itu kita menyiksa diri; menjadikan hidup kita penuh kejutan-kejutan tak menyenangkan.
Termasuk pengaruh pada hati/psikis kita. Bayangkan saja, hati kita selalu dipenuhi rasa curiga, marah dan jengkel terhadap sesuatu dan ini akan berakibat pada hitamnya hati kita karena nur ilahi telah pudar dan tertutup kabut kelam. Kadangkala kita lengah akan hidup yang kita jalani, kadangkala tak berada di jalan yang lurus, sifat-sifat syaithani telah merusaki niatan kita, melemahkan azzam dan membelokkannya dari jalan yang lurus. Rasa iri, riya, dengki dan hasad, curiga, marah dan jengkel telah menutupi hati kita dari kebersihannya untuk berjuang dan berbuat baik di jalan-Nya. Semakin kotor hati kita, semakin pula kusam dan pekat hati kita, kegelapan yang ada menyertai. Dan cahaya ilahi pun sirna oleh kehitamannya, padahal Nur itu yang menunjuki dan membimbing kita ke jalan lurus, dan sekarang sirna oleh kotornya hati kita. Karena selalu berprasangka negatif, maka kita tidak bisa berbuat baik; berhati baik dan bahkan biasanya kita tersenyum tatkala bertemu wajah dengan saudara seiman, sekarang cahaya itu sirna dan telah membuat hati kita hasad, dan bertemu saudarapun hanya cibiran wajah yang terlihat (courtesy Yusuf Islam Comment).
Pengaruh prasangka burukpun akan dapat dirasakan oleh fisik. Dengan prasangka buruk yang selalu bercokol di hati, maka akan membuat makan tak enak tidur tak nyenyak, dan ini jelas berefek pada kondisi kesehatan. Tubuh memerlukan energi yang cukup untuk bermetabolisme, dan ini membutuhkan asupan yang kuat dan kondisi fisik yang bugar serta imunitas yang tinggi. Kekurangan asupan nutrisi bergizi dan cukup akan menurunkan kemampuan sel untuk regenerasi dan akhirnya akan mengurangi pertumbuhan dan perkembangan tubuh mulai dari tingkat seluler sampai humoral. Manipulasi psikologis oleh sifat hati yang jelek akan menyebabkan meningkatnya respon amigdala dan jaras otak untuk menginterpretasikan sesuatu kisah dan hal ini akan menstimulasi hipofisis anterior untuk merangsang kelenjar adrenal mensekresikan kortisol, salah satu hormon yang berpengaruh pada peningkatan kerja sistem syaraf simpatis diantaranya tekanan darah; nadi dan nafas meningkat, susah tidur, sering kencing, dada berdebar dan menurunkan imunitas tubuh. Emosi karena prasangka buruk akan meningkatkan kortisol.
Pada kehidupan sosial (pengaruh pada orang lain), seseorang dengan prasangka buruk akan menjadi ancaman bagi orang lain sehingga dia dianggap sebagai orang yang tidak memberikan kenyamanan, karena orang akan merasa terintimidasi dan tertuduh dengan tanpa ada alasan yang jelas, dan ini pada akhirnya akan menyulitkan kita sendiri.
Untuk itu, menilik dari cerita di atas maka ketika menghadapi sikap dan perilaku yang ditunjukkan seseorang, hati-hati jangan sampai kita salah menerka dan menyimpulkan. Walaupun kita merasa sudah ahli "membaca" BAHASA TUBUH, tetap pastikan dahulu kebenaran dugaan kita sebelum mengambil keputusan dengan melakukan klarifikasi dengan cara yang baik, kalam shohih dan penuh persaudaraan. Berikan waktu kepadanya untuk mengeksplorasi perasaannya, tumbuhkan rasa percaya pada kita, pahami apa yang dirasakannya seperti apa yang kau rasakan sendiri ketika berada pada posisi tersebut, dan yang penting, hapus prasangka buruk itu dan gantilah dengan prasangka baik, laksana dalam konteks hukum tentang asas praduga tak bersalah.
Tidak perlu berprasangka buruk tetapi tetap waspada. Bedakan antara waspada dengan berprasangka buruk...
dan terakhir,
Luruskan kembali cara pandang, kendalikan emosi kita, apapun yang kita hadapi, pastikan kebenaran kesimpulan yang diambil.
Mana yang lebih baik: selalu berprasangka baik atau berprasangka buruk dengan alasan hati-hati?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar