Kamis, 30 September 2010

Welcome NEW COMER!!!

Cerita Alexandrea dengan bahasa "aku".

Masih teringat jelas 7 tahun yang lalu, saat pertama kali aku masuk dunia kerja yang sebenarnya... Saat aku datang pada hari H, menghadap bagian personalia adalah tindakan pertama untuk mendapatkan orientasi, sempat dag-dig-dug juga, tapi Alhamdulillah aku diarahkan untuk melakukan orientasi ke seluruh bagian... hufsh keliling sendiri tanpa tahu siapa dan di mana.

Direktur adalah orang pertama yang kutemui, ada kegamangan masuk ke ruangan yang besar, ada ketakutan ketika harus bertemu dengan pemilik tempat kerja yang akan menjadi pemimpinku nanti... dan... Beliau tersenyum, dengan ramahnya mempersilahkanku duduk dan akhirnya diajak ngobrol ke sana kemari. Memang kami sudah pernah bertemu pada kesempatan yang lain dan beliau sudah mengenalku, tetapi dalam kapasitas yang berbeda, sehingga auranya pun berbeda... Thanks God, ucapku dalam hati.

Selanjutnya, ke seluruh jajaran di bawah garis struktural... dan Alhamdulillah penerimaan merekapun sangat bersahabat penuh kekeluargaan, semua tugas dan wewenang masing-masing bidang dijelaskan dengan baik dan akupun sibuk mencatat semuanya sebagai bahan laporan dan bekalku bekerja nanti. Tak pelak lagi bahkan ada yang sudah mulai pasang aksi tebar pesona dengan menahanku untuk berlama-lama berbicara dengannya, ngomong ngalor-ngidul tidak berfokus pada job description... lalu yang lain dengan terang-terangan menggodaku dengan segala atribut jasmaniah yang aku sandang... hhhmmm, inikah resiko seorang karyawan baru? as a new comer like a kid who didn't know anything? dan yang bisa kulakukan hanyalah mengikuti apapun yang diinginkan dan disampaikan mereka-mereka, mengiyakan dengan senyum terus tersungging, entah senyuman itu ternilai sebagai senyum ihlas atau dipaksakan, tapi yang jelas itulah sikap dan habitual seorang karyawan baru yang ingin benar-benar diterima sebagai bagian tak terpisah dari keluarga besar.

dan... akhirnya sampailah di ruangan kerjaku... hhhmmm, aku duduk di mana yaaa. Ketika berada pada ambang kebingungan, seorang senior menyampaikan kalau selama masih disiapkan meja kursiku, aku bisa menempati kursinya karena dia sedang ditugaskan ke luar untuk beberapa tahun... Alhamdulillaah, betapa baiknya seniorku itu. Tapi aku masih bingung, apa yang harus kulakukan pada hari pertama ini... bisanya main ke beberapa bagian yang sekiranya bisa kupelajari bagaimana cara kerjanya.

H+1... masih tetap berdiam diri, melihat semuanya sudah sibuk dengan pekerjaannya sedangkan aku hanya bisa diam mematung dan mondar-mandir. Sangat beruntung aku sudah banyak mengenal rekan kerja karena mereka satu almamater denganku, dan mereka mengajakku berbincang, tapi tidak lama karena sudah mulai sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing. Aku mencoba mendatangi salah seorang senior dan menanyakan apa yang harus aku bantu, dia hanya tersenyum dan berkata "santai sajalah non, nanti pasti banyak kerjaan untukmu"... hehehe, yach akhirnya aku hanya duduk mematung di sebelahnya seperti sapi yang dicocok hidungnya.

Hari berlalu dan tak terasa sudah 1 minggu aku bekerja... suasana sudah dapat kuatasi karena lingkungan sangat familier, habitual kerjanya tidak seperti kerja dengan Belanda atau Jepang saat perang jaman dahulu, pun tidak terlihat adanya pemetaan struktural, semua berbaur jadi satu... dan yang paling membuatku nyaman dan berkesan adalah tiap pagi Direkturku tercinta mendatangi dan menyapaku, padahal ruangan kerjaku ada di lantai 2 sedangkan beliau di lantai 1. Beliau menanyakan bagaimana hari ini, bagaimana selama berbaur dengan teman-teman dan berbincang santai tentang kehidupan sehari-hari... dan bahkan aku diberi beliau seragam miliknya plus sandal dan sepatu... wow, how nice she is, i do proud of her.

Inilah lingkungan kerja yang kumiliki, penuh keakraban dan penerimaan, dan dengan tidak begitu lama aku sudah diberikan tanggung jawab seperti senior-senior dan bahkan aku merasa lebih banyak, ada beberapa tugas tertentu yang tidak bisa dilakukan oleh senior akhirnya diberikan kepadaku... sebuah bentuk penghargaan yang tiada taranya, menurutku. Karena bekerja bukan untuk mencari penghasilan tetapi lebih pada pengaktualisasian diri dan pengakuan kemampuan diri oleh yang lain.

Nach kenapa semua rasa itu terjadi? Perasaan takut, canggung, bingung, diam tak tahu arah, lalu merasa diperhatikan, diterima, dihargai dan dihidupkan itu ada? Semua karena proses yang memang harus dilalui oleh seorang karyawan baru. Lalu bagaimana yang sebenarnya? Apa yang harus dilakukan oleh new comer? Senior bahkan seorang pimpinan?

Menurut perpektif interaksionis, dalam hubungan sosial memang tidak pernah lepas dari interaksi, yang nantinya akan mempengaruhi sikap dan perilaku kita terhadap orang lain, individu merupakan pihak yang aktif dalam menetapkan perilakunya dan akan membangun harapan-harapan sosial, yaitu lingkungannya. Sukses tidaknya seorang new comer di dunia kerjanya sangat tergantung pada kemampuan dirinya berinteraksi dan belajar sesuai dengan harapan lingkungannya.

Nach, dalam dunia pekerjaan sudah barang tentu seorang karyawan baru akan melakukan yang terbaik agar bisa diterima oleh lingkungannya, mulai dari menunjukkan sikap dan perilaku yang menyenangkan yang bisa dinilai oleh orang, berfikir positif, tidak banyak menuntut, diam untuk mengamati, mengikuti aturan yang ada, memenuhi peran yang telah dibentuk untuknya bahkan sampai menunjukkan simbol-simbol positif yang semuanya bermuara pada pengakuan atas keberadaannya. Sehingga tidak begitu banyak masukan positif apa yang seharusnya dilakukan oleh new comer, semua hanya terangkum pada "be a good new comer". Apalagi ketika seseorang sudah masuk dalam kualifikasi kerja yang diinginkan oleh suatu perusahaan/instansi, berarti mereka sudah memenuhi syarat minimal dan mereka telah siap melakukan tugas sesuai job yang diberikan dengan kemampuan yang ada. Yang menjadi permasalahan hanyalah tentang kesiapannya menghadapi dunia pekerjaan dan atau suasana kerja yang baru.

Menyikapi kesiapan new comer, maka banyak komponen yang berperan di dalamnya, baik pelaku sendiri; senior rekan sejawat; pimpinan bahkan lingkungan sekitarnya. Pada kondisi yang umum, ketika pertama kali bekerja, perpektif struktural dalam teori peran; pernyataan-harapan dan posmoderisme menggambarkan bahwa individu mempunyai peran pasif dalam menentukan perilakunya, dalam hal ini bagaimana harapan dan peran yang ditentukan lingkungannya sangat mempengaruhi perilaku sosial individu, individu bertindak karena ada kekuatan struktur sosial yang menekannya. Artinya, senior; pimpinan dan lingkungan sangat berperan dalam pembentukan pribadi dan kemampuan kinerja karyawan baru. Nach inilah yang dikatakan bahwa justru yang menjadi permasalahan yang sering muncul di dunia kerja adalah apakah rekan-rekan senior siap menerima karyawan baru? siapkah menjadikan dia sebagai bagian dari kehidupan mereka sebelumnya? karena kondisi ini sangat berpengaruh pada kesiapan kerja para karyawan baru.

Banyak pendapat yang muncul ketika muncul pertanyaan apa yang akan kalian pikirkan dan atau perbuat ketika menghadapi karyawan baru yang masuk di lingkungan kerja anda? Jawaban beragam diperoleh, mulai dari di"plonco" khas OPSPEK masa sekolah/kuliah, diajak keluar disuruh nraktir, dicuekin, atau bahkan dilihat dahulu siapa dia... hmmmm, ternyata ada juga peng-kasta-an karyawan baru. Jawaban tersebut berdasarkan pada flashback masa lalu seorang senior ketika dahulu pernah merasakan sebagai yunior, dengan upaya-upaya tersebut maka akan diketahui sejauhmana solidaritas dan penghormatan new comer kepada seniornya sehingga nantinya akan mudah diketahui apakah dia bisa diajak kerjasama dengan baik atau tidak. Bahkan yang lebih ekstrim lagi ketika di-kasta-kan, sudah barang tentu perlakukan akan berbeda bagi karyawan baru dengan posisi tinggi dan rendah. Jika argumen ini yang dibentuk, maka sudah barang tentu kita tidak akan mendapatkan karyawan yang baik, karena pada dasarnya sebagaimana ulasan di atas, seseorang yang baru masuk pada dunia asing maka dia akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk berbuat yang terbaik, jadi masih belum dijadikan suatu ukuran tentang penilaian obyektif terhadap seseorang, apalagi jika untuk peng-kasta-an.

Masih dalam tataran hubungan antara old comer dan new comer, kebanyakan seorang pemimpin dan old comer tidak begitu memperdulikan sejauh mana kesiapan mereka untuk menerima dan membantu karyawan baru agar kiranya dapat beradaptasi dan siap menjalani dunia kerja bersama mereka. Ada anggapan bahwa bekerja hanyalah kesiapan fisik dan kemampuan kognitif dan motorik, selebihnya tidak, sehingga pasti akan muncul statement (biasanya dari senior dan pimpinan) bahwa "jika mereka (new comer) memang sudah siap bekerja dan sudah mendapatkan job sendiri-sendiri, maka sebenarnya keberadaan karyawan lama tidak akan berpengaruh pada kinerja mereka, selama mereka bekerja sesuai dengan job description masing-masing yang telah disepakati"... hmmm, "nice" statement.

Ketika seorang pemimpin atau senior mempunyai sudut pandang seperti itu, maka yang ada di benaknya adalah bekerja hanyalah menggunakan fisik dan kemampuan, bukan dengan hati. Memang pada dasarnya bekerja adalah menyelesaikan tanggung jawab sesuai dengan job description masing-masing, tetapi kita tidak boleh melupakan hal yang paling penting bahwa mereka adalah MANUSIA yang terdiri dari body mind and soul, bukan sebuah mesin. Kalau mesin, selama telah diketahui spesifikasinya dan menggunakan sesuai dengan petunjuk pemakaian maka akan didapatkan hasil produksi mesin tersebut sesuai dengan yang telah distandartkan, dan jika tidak sesuai dengan apa yang disampaikan maka bisa dilakukan  klaim garansi, tetapi hal ini tidak bisa diperlakukan pada manusia. Manusia memiliki kemampuan untuk beradaptasi, menyesuaikan situasi yang dihadapi, mempunyai kemampuan untuk berubah dan perubahan itu bisa positif dan negatif, tergantung bagaimana lingkungan bersikap kepadanya. Suasana kerja yang sudah full stressor baik secara fisik maupun psikis (misalnya panas, pengap, tugas menumpuk, peran ganda, ditambah pergunjingan, kasak-kusuk dan antipati dari rekan-rekan yang lama) akan berdampak negatif terhadap kinerja karyawan baru. Nach ini perlu dihindari dan ini tugas karyawan lama serta pemimpin untuk mengkondisikan para senior. Kedatangan karyawan baru bukan sebagai penambah stres, tetapi justru keberadaan mereka diharapkan dapat meringankan beban kerja yang lain dan bahkan diharapkan akan melahirkan ide-ide baru untuk kemajuan bersama.

Ketika dalam penyambutan karyawan baru masih ada perpektif "perploncoan" dan dianggap bahwa mereka membutuhkan perusahaan untuk mencari kerja, dan mereka seharusnya mampu menyesuaikan diri dengan segera, serta pemikiran bahwa sudah merupakan kewajaran jika pegawai baru dipergunjinkan pegawai lama sebagai bentuk ujian pertama, apakah anak baru itu kuat dan bisa bertahan... maka perpektif ini perlu diluruskan dan bahkan dibuang jauh-jauh. Bekerja bukanlah sekolah yang notabene membayar, sehingga jika ada murid yang tidak tahan, maka dia akan berpikir 2 kali untuk pindah atau keluar, karena otomatis dia akan mengeluarkan biaya lebih banyak lagi. Bekerja bukan membayar, tetapi dibayar oleh perusahaan atau instansi, bukan oleh uang pribadi direktur atau justru para senior, bukan juga melalui pendaftaran biasa, tetapi melalui proses rekruitment dan training, sehingga biasa perusahaan atau instansi sebenarnya juga berasal dari hasil keringat para karyawan tidak terkecuali karyawan baru dengan cara mengurangi keuntungan; bonus; pemotongan gaji dan lain-lain. Nach, akan lebih baik jika mindset kita diubah dengan berfokus pada penggalian potensi yang masih terpendam dari para karyawan baru agar bisa bersinergi dengan tim dan memberi hasil terbaik untuk perusahaan/instansi, bukan dengan mengobrak-abrik integritas diri seorang karyawan baru.

Kesiapan dari lingkungan (karyawan lama dan pimpinan) inilah sebenarnya yang lebih penting disamping kesiapan karyawan baru itu sendiri. Dalam menyikapinya banyak sudut pandang perspektif sosial, baik perspektif behaviorism; kognitifism, struktural dan interksionalism, mulai dari langsung dengan senang hati menerima mereka dengan memperkenalkan diri; memberi "welcome drink", mengorientasikan lingkungan dan kerja, serta mengevaluasi kemampuan karyawan baru dalam beradaptasi, pun juga ada yang berfikir dahulu apa dan bagaimana perasaan seorang karyawan baru untuk kemudian melakukan tindakan untuk menyambutnya, atau bahkan membiarkan beradaptasi dan biar lingkungan yang membentuknya atau justru terjadi interaksi sosial yang kondusif sehingga individu lebih aktif untuk mencapai tujuannya. Hal ini adalah sedikit teori dalam berhubungan sosial yang pada dasarnya tidak bisa diambil salah satu dengan tidak menggunakan yang lain.

Tidak salah ketika kita melakukan beberapa hal di atas, yang perlu diketahui, keinginan pertama seorang pegawai baru adalah diterima oleh lingkungannya dan akhirnya bisa bekerja bersama dengan nyaman dan penuh sinergisitas. Apa yang telah dilakukan seorang senior (memperkenalkan diri sampai orientasi dan evaluasi kemampuan adaptif) adalah salah satu kewajiban senior, dan ketika tindakan itu kita lakukan maka sebenarnya kita masih memposisikan diri sebagai senior, bukan rekan; teman atau bahkan sahabat. Selain hal di atas ada yang lebih perlu ditanamkan, yaitu tidak hanya selesai pada orientasi lingkungan dan tugas untuk kemudian membiarkan dia beradaptasi sendiri, tetapi lebih pada bagaimana senior dan pimpinan menerima mereka lahir batin dan menciptakan lingkungan yang kondusif dengan saling berbagi, saling mendukung dan tidak membiarkan dia sendirian beradaptasi. Tidak kalah pentingnya adalah seorang pimpinan hendaknya mengajak karyawan lama untuk berbagi hal-hal positif dan bermanfaat agar karyawan mampu segera beradaptasi, bahkan tidak menutup kemungkinan karyawan baru bisa memunculkan ide SOP yang brillian, karena terkadang kita sebagai orang lama sudah jenuh dengan rutinitas dan merasa tidak ada yang perlu diubah, dengan adanya karyawan baru kadang dia bisa melihat hal luar biasa yang kita anggap tidak penting. Dengan perubahan itu, profit meningkat dan kesejahteraan akan meningkat pula termasuk kredibilitas institusi akan semakin diperhitungkan.

Team work yang baik adalah team yang saling mendukung bukan saling menjatuhkan, bisa bersinergi untuk mencapai tujuan institusi. Oleh karenanya, kemampuan pimpinan membaca team work dan situasi, menempatkan karyawan baru dan lama pada porsi yang sesuai dengan tetap memperhatikan body mind and soul termasuk juga mengajak bicara karyawan lama untuk mengkondisikan situasi akan menjadi kunci kesuksesan suatu institusi.

Jika tim yang sudah ada seperti AIR, maka new comer adalah SYRUP KENTAL, SUSU, BUAH. Kita harus BERANI MEMOTONG buah, MENUANG syrup, MENUANG susu, SEMUA dengan TAKARAN YANG PAS. Untuk itu, air; syrup; susu dan buah HARUS SIAP DIAUK DAN MELEBUR, agar menjadi juice nikmat. PLUS, kita harus menata tampilan jadi menarik untuk bisa dinikmati.

Sambutlah dengan salam, senyum, dan sapa... berkhusnudzonlah terhadapnya, berikan kesan yg baik, jadikan dia terbantu saat proses adaptasi, bantu dan coba jadilah org yg menyenangkan baginya. Hadirkan diri untuk membantunya, karena membantu sesama saudara adalah kewajiban dan pasti Allah akan menolong kita, karena Allah akan menolong kita kapanpun kita menolong saudara kita, sebagaimana Sabda Rasulullah "Sungguh Allah menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya", sebesar apa perhatian kita kepada manusia yang membutuhkan pertolongan, maka sebesar itu pulalah perhatian Allah kepada kita!
 
Sambutlah new comer, seperti lahirnya seorang bayi bagi pasangan suami istri yang sudah lama mengharapkannya. Siapkan mental sang kakak pula yang mungkin akan cemburu pada adik baru. Cobalah tetap adil dan bijak pada semua.

Rabu, 29 September 2010

Prasangka...!!!

Rina (R) tampak cemberut, ketika Sony (S) mendatangi mejanya. Melihat hal itu, Sony langsung menyapa:

S: "Rin, kamu kenapa, sakit ya? kok tampak kusut?

R: (Rini melirik sekilas ke Sony dan berkata), "Nggak kok, aku lagi kesel aja ama si Rudi tuch, huh!".

S: "Emang Rudi ngapain?"

R: "Itu lho, dari tadi tiap kali aku lewat di depannya, dia melirik ke aku lalu mendengus dan berdecak, sepertinya dia nggak suka sama aku, padahal apa salahku? aku kan cuma menyampaikan laporanku ke pak Dito. Memang biasanya juga begitu aku selalu lewat di depannya, karena mejanya dekat dengan ruangan pak Dito, tapi tidak seperti biasanya, sudah berkali-kali dia bersikap seperti itu padaku. Aku kan jadi kesel, apa karena dia iri yaa aku lebih dipercaya oleh pak Dito untuk menyelesaikan laporanku sedangkan dia tidak, karena dia pernah dipercaya tetapi tidak menyelesaikan, bahkan tadi juga mejanya bersih tak mengerjakan apa-apa!!!"

Sony tertawa terbahak-bahak begitu selesai mendengar keluh kesah Rini. Melihat itu, Rini semakin kesal.

R: "Hei, kamu kok malah ngetawain aku sich, empati dikit kek, apa kek. Emangnya aku lucu ya??!! Huh, kamu tuch sama aja ternyata ma Rudi, ngeselin!!!"

S: (Sony akhirnya berhenti ketawa), "Hehehe, maafkan aku Rin, aku nggak bermaksud menertawakanmu, tetapi aku jadi ingat cerita temanku di satu daerah peternakan.

R: "memang apa hubungannya?"

S: "dengarkan dulu Rin, temanku itu bertempat di daerah peternakan keledai, karena begitu banyaknya keledai di daerah tersebut, sampai-sampai berkeliaran di jalan raya. Nach ketika temenku itu sedang jalan-jalan sore, dia melihat ada keledai yang berlari menyeberangi jalan, dan ternyata dari arah berlawanan ada mobil yang melaju kencang. Refleks dia memperingati pengedara mobil itu dengan spontan berteriak "Keledai!!!", seketika pengendara itu marah dan mengumpat temanku itu dan langsung menambah tancapan gas mobilnya. Pengendaranya wanita. Rupanya dia salah sangka atas peringatan itu. Sang wanita tidak semakin berhati-hati malah menambah laju kencang mobilnya sambil tetap mengomel... dan... BRAKKKK!!! akhirnya wanita itu betul-betul menabrak keledai itu, atau keledai itu yaaa yang menabrak mobil.... ach au' ach, yang jelas keledai itu sudah mecahin kaca depan dan nangkring kaki di dashboard mobil..." (Ternyata si wanita itu berfikir bahwa teman tersebut sedang menggoda dan menggolok-olok dia dengan sebutan keledai, padahal maksud teman tersebut adalah "hati-hati ada keledai".)
"Rin, begitu aku mendengar keluh kesahmu, aku langsung ingat cerita itu. Hati-hati, jangan sampai kita salah menduga dan menyimpulkan sesuatu. Kamu belum tanya kan ke Rudi kenapa dia begitu?

R: hehehe, belum siiich, tapi ya enggak lah, ngapain juga ditanya wong tampangnya udah kaya kertas ditekuk gitu, burem, menyebalkan, entar salah-salah dia GR lagi. Kalaupun kusapa, apalagi kalau bukan itu kesimpulannya, dia tidak suka aku, ya kan? (Rini masih membela diri).

S: (tersenyum). "Rin, kebetulan tadi aku juga lewat berkali-kali di depannya, dan Rudi juga bersikap demikian, langsung saja aku tanya kenapa, ternyata tahu gak, dia sedang sakit gigi sudah lama gak sembuh-sembuh, gusinya bengkak, makanya dia terus berdecak dan mendengus, bagaimana dia bisa merespon dirimu kalau untuk mengatasi sakitnya saja dia tidak kuat lagi. Barusan aku mengantarnya dari klinik dan menurut dokter, giginya harus dicabut, tetapi karena gusi masih bengkak maka diberi obat dulu menunggu sampai kempis tuch gusi, baru dicabut"

R: (bengong)... "oooo, sakit gigi ya, kirain kenapa" (sambil tersipu malu)

Saudaraku,
Kejadian di atas adalah salah satu ilustrasi bagaimana hidup itu memang dipenuhi dengan aktifitas, sikap dan perilaku diri dan orang lain yang akan menimbulkan persepsi. Persepsi seseorang dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya usia, status pendidikan, status sosial, status pekerjaan, pengetahuan, kejadian masa lalu, bekal dan dasar hidup. Persepsi positif dan negatif tidak bisa dipaksakan tetapi bisa ditata.

Sebagai makhluk sosial maka dalam berproses diperlukan kemampuan untuk memanage diri untuk bisa bersikap sesuai dengan peran yang telah dibuat untuk kita oleh masyarakat, termasuk diantaranya bersikap terapeutik, empati dan menyenangkan bagi orang lain. Kata orang Jawa, teposeliro (saling menghargai) adalah hal yang tepat untuk hidup bersama dengan yang lain. Teposeliro ini tidak hanya menghargai pendapat seseorang, tetapi juga terhadap perasaannya sehingga kita tidak mudah untuk membuat orang lain menderita dan berprasangka.

Telah diajarkan oleh agama kita bahwa jauhilah prasangka buruk dan selalulah berprasangka baik pada orang lain, artinya sekuat tenaga kita harus menghilangkan prasangka buruk pada orang lain dan mempertahankan prasangka baik, hal ini bukan berarti kita akan mudah dibohongi karena selalu berprasangka baik, tetapi memanagenya. Kenapa agama mengajarkan itu?

Prasangka buruk akan berakibat buruk bagi diri sendiri dan orang lain, karena ketika kita menyimpulkan sesuatu yang buruk pada orang lain, maka sebenarnya saat itu kita menyiksa diri; menjadikan hidup kita penuh kejutan-kejutan tak menyenangkan.

Termasuk pengaruh pada hati/psikis kita. Bayangkan saja, hati kita selalu dipenuhi rasa curiga, marah dan jengkel terhadap sesuatu dan ini akan berakibat pada hitamnya hati kita karena nur ilahi telah pudar dan tertutup kabut kelam. Kadangkala kita lengah akan hidup yang kita jalani, kadangkala tak berada di jalan yang lurus, sifat-sifat syaithani telah merusaki niatan kita, melemahkan azzam dan membelokkannya dari jalan yang lurus. Rasa iri, riya, dengki dan hasad, curiga, marah dan jengkel telah menutupi hati kita dari kebersihannya untuk berjuang dan berbuat baik di jalan-Nya. Semakin kotor hati kita, semakin pula kusam dan pekat hati kita, kegelapan yang ada menyertai. Dan cahaya ilahi pun sirna oleh kehitamannya, padahal Nur itu yang menunjuki dan membimbing kita ke jalan lurus, dan sekarang sirna oleh kotornya hati kita. Karena selalu berprasangka negatif, maka kita tidak bisa berbuat baik; berhati baik dan bahkan biasanya kita tersenyum tatkala bertemu wajah dengan saudara seiman, sekarang cahaya itu sirna dan telah membuat hati kita hasad, dan bertemu saudarapun hanya cibiran wajah yang terlihat (courtesy Yusuf Islam Comment).

Pengaruh prasangka burukpun akan dapat dirasakan oleh fisik. Dengan prasangka buruk yang selalu bercokol di hati, maka akan membuat makan tak enak tidur tak nyenyak, dan ini jelas berefek pada kondisi kesehatan. Tubuh memerlukan energi yang cukup untuk bermetabolisme, dan ini membutuhkan asupan yang kuat dan kondisi fisik yang bugar serta imunitas yang tinggi. Kekurangan asupan nutrisi bergizi dan cukup akan menurunkan kemampuan sel untuk regenerasi dan akhirnya akan mengurangi pertumbuhan dan perkembangan tubuh mulai dari tingkat seluler sampai humoral. Manipulasi psikologis oleh sifat hati yang jelek akan menyebabkan meningkatnya respon amigdala dan jaras otak untuk menginterpretasikan sesuatu kisah dan hal ini akan menstimulasi hipofisis anterior untuk merangsang kelenjar adrenal mensekresikan kortisol, salah satu hormon yang berpengaruh pada peningkatan kerja sistem syaraf simpatis diantaranya tekanan darah; nadi dan nafas meningkat, susah tidur, sering kencing, dada berdebar dan menurunkan imunitas tubuh. Emosi karena prasangka buruk akan meningkatkan kortisol.

Pada kehidupan sosial (pengaruh pada orang lain), seseorang dengan prasangka buruk akan menjadi ancaman bagi orang lain sehingga dia dianggap sebagai orang yang tidak memberikan kenyamanan, karena orang akan merasa terintimidasi dan tertuduh dengan tanpa ada alasan yang jelas, dan ini pada akhirnya akan menyulitkan kita sendiri.

Untuk itu, menilik dari cerita di atas maka ketika menghadapi sikap dan perilaku yang ditunjukkan seseorang, hati-hati jangan sampai kita salah menerka dan menyimpulkan. Walaupun kita merasa sudah ahli "membaca" BAHASA TUBUH, tetap pastikan dahulu kebenaran dugaan kita sebelum mengambil keputusan dengan melakukan klarifikasi dengan cara yang baik, kalam shohih dan penuh persaudaraan. Berikan waktu kepadanya untuk mengeksplorasi perasaannya, tumbuhkan rasa percaya pada kita, pahami apa yang dirasakannya seperti apa yang kau rasakan sendiri ketika berada pada posisi tersebut, dan yang penting, hapus prasangka buruk itu dan gantilah dengan prasangka baik, laksana dalam konteks hukum tentang asas praduga tak bersalah.

Tidak perlu berprasangka buruk tetapi tetap waspada. Bedakan antara waspada dengan berprasangka buruk...


dan terakhir,
Luruskan kembali cara pandang, kendalikan emosi kita, apapun yang kita hadapi, pastikan kebenaran kesimpulan yang diambil.
Mana yang lebih baik: selalu berprasangka baik atau berprasangka buruk dengan alasan hati-hati?

Bersyukurlah

Kawan bila mentari telah disinari
Bulan tak lagi tersenyum di atas bumi
Kawan bayangkan apa yang akan terjadi
Maka bersyukurlah, berdzikirlah

Subhanallah Maha Suci diri-Nya
Pencipta alam raya bumi dan seisinya
dan dengan seijin-Nya sang matahari terbit bulan membentuk sabit
Bumi bertawaf dan tak melenceng dari orbit

Udara mengalir dan tidak pernah dihentikan
Kita bernafas bebas tanpa diminta bayaran
Lalu adilkah bila kita tinggalkan
Sholat hanya 5 waktu berat kita jalankan

Padahal Dia yang memberi kehidupan
Padahal nikmat-Nya lebih luas dari lautan
Bayangkan jika suplai udara dihentikan
Bayangkan bila mentari tak lagi diterbitkan

Bayangkan jika Sang empunya menagih bayaran
Tentu harta jiwa kita tak sepadan
Sebelum terlambat cobalah sahabat renungkan
Nikmat-Nya yang mana lagikah yang akan didustakan

Ucaplah syukur Alhamdulillah
Atas segala nikmat dan karunia
terkadang kita lupa rezeki ini dari siapa udara ini milik siapa
Bahkan jiwa raga ini milik siapa

Sering kita terlupa terlalu euforia
saat gembira kita cenderung lupakan Dia
Tapi bila masalah datang sakit menyerang
Kita jadikan Dia layaknya obat penyenang

Tak salah memang tapi tidak seimbang
Seperti buah manis diambil sepah dibuang
Padahal kawan, diri kitalah yang butuh Dia
Dia-lah pemilik semua kenikmatan dunia

Bila Dia berkehendak lalu Dia memutuskan
Segala nikmat-Nya apa yang akan kita lakukan
Sebelum terlambat sahabat cobalah renungkan
Nikmat-Nya yang mana lagikah yang akan didustakan

Nafaskan takbir Allaahu Akbar Dia Yang Maha Besar
Maha Melihat, Dia Maha Mendengar
Bintang-bintang berpijar petir yang menggelegar
Tanda kebesaran-Nya pastikan dengan benar

Pasti bergetar hatimu saat memahami
Segala yang terjadi adalah Sunnah Ilahi
Tidak satupun daun yang jatuh dari pohonnya
Melainkan sudah merupakan ketentuan-Nya

Begitu besarnya dan sangat tinggi ilmu-Nya
Mungkin yang kita tahu kurang dari separuhnya
Maka kesombongan kita amat tidak berguna
Hanya membuat kita makin hina di depan-Nya

Kita mungkin kaya tapi Dia punya segalanya
Segala yang kita punya sudah tentu milik-Nya
Sebelum terlambat sahabat cobalah renungkan
Nikmat-Nya yang mana lagikah yang akan didustakan

Soulfellas, 2010

Jumat, 24 September 2010

Miracle of Giving (Keajaiban Memberi)

 
Adalah satu kisah pada tahun 1994 di Sudan, saat kelaparan dan paceklik melanda, semua tanah kering kerontang tak ada sedikitpun tanaman yang dapat dimanfaatkan, sungai kering, hewan ternak mati mengenaskan kering tinggal tulang... tak terkecuali manusia, warga Sudan. Dunia sudah tak mampu membantu, hanya bisa membelalakkan mata dan mengelus dada menghadapi kondisi tersebut... hmmm masih beruntung ada hati dan mengelus dada. Berbagai berita di stasiun TV, koran, majalah dan alat komunikasi lainnya memberitakan kondisi kelaparan yang tak terhingga, banyak fenomena yang terjadi yang dapat didokumentasikan sebagai bukti kejamnya alam.
 
Kevin Carter, fotografer yang ditugaskan untuk meliput kondisi di Sudan, menemukan seorang anak kecil hitam legam kurus kering kerontang, tubuh tinggal tulang, tak memakai baju, hanya ada kalung putih yang menggelayut di lehernya. Anak itu lemah lunglai tak berdaya, mencoba terus merangkak menuju barak makanan bantuan dari WHO yang lokasinya berkilo-kilometer. Berkali-kali anak itu berhenti hanya untuk menata nafas dan memulihkan kembali energi yang tersisa... anak itu, seperti orang tersujud tapi terkulai tak mampu lagi menggerakkan tubuhnya... dia diam, tak bergeming. Tangannya memegang dahinya, ambruk ke tanah terjal berbatu cadas. Serasa tak bernafas, detak jantung berhenti, dan mata terpejam... matikah? tidak, belum, namun dia sudah tak mampu melanjutkan perjalanannya yang begitu jauh, dan sendirian. Tak jauh darinya, ada seekor burung pemakan bangkai, sedang menunggu santapan empuk. Tatapan mata burung itu sangat tajam, dia diam tak terkepak sayap tapi inderanya telah bicara bahwa sebentar lagi akan ada bekal makan siang. Anak itu tak tahu jika dirinya sedang ditunggu oleh pemakan bangkai yang ganas, yang dipikirkannya adalah bagaimana mendapatkan air seteguk dan roti sepotong kecil untuk mengganjal perutnya.

Kejadian itu diabadikan oleh Kevin Carter dan menggemparkan dunia. Dia mendapatkan penghargaan Pulitzer 1994 karena telah menemukan  obyek foto dengan angle apik... tapi tahukah saudaraku semua apa yang terjadi pada anak kecil itu??? Tak ada yang tahu, bahkan Kevin sendiri tidak tahu karena dia segera meninggalkan area tersebut setelah mengambil gambar itu.

Setelah 3 bulan berlangsung, dunia digemparkan oleh kejadian bunuh diri seorang fotografer terkenal yang mendapat penghargaan atas prestasinya... yach si Kevin “Pulitzer” Carter BUNUH DIRI... Kenapa? Seluruh dunia terbelalak bertanya-tanya. Apakah dia tidak bahagia dengan penghargaan itu? Masih kurangkah hidupnya dengan semua hadiah dan ketenaran yang dia dapatkan? Ataukah dia justru stres karena ketenaran itu?

Tahukah saudaraku...
Kevin bunuh diri karena tidak kuat menahan pedih dan penyesalan diri yang teramat sangat. Selama 3 bulan dia mengurung diri dan menyesali tindakan bodoh dan angkuhnya, “mengapa aku tidak menyelamatkan anak Sudan tersebut, mengapa aku yang sangat mempunyai banyak kesempatan membawa dan menggendong anak itu untuk mendapatkan makanan; minuman dan pengobatan ternyata tidak tergerak hatiku untuk melakukannya dan malah menjadikan dia sebagai obyek ketamakanku? Mengapa aku tidak bisa memberikan kesempatan hidup untuk anak tersebut padahal aku sangat mampu? Mengapa aku langsung meninggalkan si kecil hitam legam kurus itu untuk segera dimakan sang Vulture burung pemakan bangkai? Di mana hati nuraniku? Di mana semua ajaran agama yang telah kuanut dan kupercayai? Mengapa aku menjadi tidak peka dan tidak mau memberi? Mengapa aku hanya meminta kepada dia, meminta ketenaran melalui fotonya? Mengapa aku mementingkan sebuah foto dan menukarnya dengan nyawa anak itu?” Begitu ungkapan kegundahan hatinya sebagai pesan terakhir sebelum bunuh diri. Yach, dia merasa tidak bisa memberikan sesuatu untuk anak yang sangat membutuhkan bantuannya sedangkan dia sangat mampu untuk itu.

Saudaraku,
Kisah di atas adalah  salah satu contoh betapa memberi adalah sesuatu yang istimewa. Memberi bukanlah akan menyebabkan seseorang menjadi miskin, bukan pula sebagai orang sombong, tetapi memberi sebenarnya adalah bukti dan wujud syukur kita atas nikmat yang Allah berikan. Tidak pernah ada kamus di dunia ini orang akan jatuh miskin jika memberikan harta atau pertolongan atau semua nikmat yang dimilikinya kepada orang lain. Bahkan dengan tegas hadits nabi mengatakan bahwa orang yang ihlas memberikan sesuatu kepada orang lain, maka baginyalah pahala atau ganti 10-70 kali lipat dari yang diberikan, bahkan ada qoul yang mengatakan sampai 700 kali lipat, subhaanallaah.

Selain keutamaan dalam hal harta atau pahala, pemberi akan mendapatkan kemulyaan yang lain, yaitu dihormati orang, disegani, disayangi, diingat dan dijadikan saudara, bahkan selalu didoakan di tengah malam gulita ketika sang penerima bermunajat kepada Allah. Bahkan tidak tanggung-tanggung, doa yang diucapkan langsung keluar dari mulut sang penerima ketika diberi sesuatu.

Menilik dari hukum memberi (giving law), ketika kita memiliki sesuatu dan kita memberikan sesuatu, maka kita akan mendapatkan sesuatu

(memiliki sesuatu memberi sesuatu = mendapat sesuatu)

Percayalah wahai saudaraku,
Memberi tidak akan menghabiskan apa yang kita miliki, bahkan semuaya akan berbalik kepada kita. Seperti apa yang dikatakan dalam hukum kekekalan energi, bahwa:

Energi yang keluar dari seorang manusia akan kembali ke orang yang sama, kalaupun tidak langsung kembali, suatu saat energi itu akan kembali.
Energi positif dan negatif yang telah kita tabung suatu ketika pasti akan “dicairkan” untuk kita sendiri
Setiap manusia memiliki frekuensi yang unik sebagai “nomor account” tabungan energinya.

Masih butuh lagi contoh kejadian alam yang membuktikan kebenaran keistimewaan memberi? Lihatlah matahari, dia tidak lelah untuk muncul di pagi hari dengan kekuatan dan semangat yang sama, mengalirkan panas ke muka bumi untuk kebutuhan makhluk di dunia. Dia digerakkan Allah untuk melaksanakan tugasnya, memberikan kehangatan dan mempermudah semua aktifitas, memunculkan inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi manusia seperti alat-alat bertenaga surya. Dia tidak berharap untuk diberi balasan dan ucapan terima kasih, tetapi ketika pengguna sinar tersebut memanfaatkan sinarnya, sebenarnya terjadi pantulan yang mengembalikan sinar itu ke matahari, dan matahari masih tetap memancarkan sinarnya.

Ada satu kisah nyata lagi, tahukah anda hotel The 1st Astorian Hotel, hotel bintang 5 di New York, jantung kota Amerika serikat, tepatnya di 34th Fifth Avenus New York? Percayakah bahwa hotel itu adalah milik pelayan hotel (office boy) dari sebuah hotel kecil di daerah terpencil?
 

Adalah sepasang suami istri kaya raya pemilik hotel Astoria bernama Mr. And Mrs. William Waldorf Astor, sedang berlibur ke suatu daerah pedesaan. Di tengah perjalanan pulang, ternyata badai menghempas dan membuat mobilnya tidak bisa berjalan dan harus mencari penginapan. Seluruh penginapan sudah penuh karena memang musim dingin menusuk kulit menembus tulang, ditambah dengan badai, dan akhirnya sampailah mereka di salah satu hotel yang jelek. Mereka diterima oleh pelayan hotel dengan baik dan ramah, pelayan itu tidak tahu kalau mereka berdua adalah pemilik hotel terbesar di New York. Dengan ramah dan sangat menghormati tamu, pelayan yang bernama George C. Boldt tersebut mempersilahkan masuk dan dilayani. Disampaikan bahwa kamar sudah penuh, dan kecewalah kedua orang tersebut. Melihat kondisi mereka berdua, Boldt tidak tega dan dengan keyakinan serta loyalitas untuk menghormat tamu, maka dia menawarkan 1 kamar tetapi tidak layak huni, hanya cukup untuk menghindari diri dari dingin dan badai, dan gratis. Akhirnya mereka berdua setuju... tahukah saudara kamar siapa itu? Itu kamar Boldt, kamar pelayan hotel itu... demi mereka berdua akhirnya Boldt tidur di lobi yang sangat dingin.

Sampailah pagi hari,
Dan akhirnya mereka pamit untuk kembali melanjutkan perjalanan... hidupnya berjalan seperti biasa, kebaikan Boldt selalu mereka ingat. Suatu saat Mr. Astor merasa sudah cukup untuk menikmati semua harta miliknya dan ingin menyendiri hidup sederhana. Dia mengadakan pesta perpisahan sekaligus mengumumkan pewaris hotelnya, tak terkecuali Boldt diundangnya karena Boldt berjasa menyelamatkan hidupnya, tanpa Boldt maka hidup mereka berdua akan menjadi makanan anjing di luar yang dingin penuh salju dan badai.
Boldt bingung kenapa dirinya diundang oleh konglomerat, dengan masih bertanya-tanya dia datang dengan pakaian seadanya... ternyata semua undangan adalah kalangan konglomerat kelas atas, tetapi di sana dia merasa seperti raja sehari yang disambut dengan baik oleh Mr. Astor, dia diperkenalkan sebagai penyelamat hidupnya.

Dan sampailah pada pengumuman...
“Hadirin, sudah berpuluh tahun Saya mengelola hotel ini, sudah saatnya saya rehat untuk menikmati masa tua dengan istri tercinta. Begitu banyak pelajaran hidup yang saya dapatkan terutama pada akhir-akhir ini. Dari seorang yang tidak kita kenal, tidak mempunyai tendensi apa-apa, hidup sederhana dan tidak pernah mengenyam kehidupan seperti kita... saya diajarkan bagaimana memberi, tanpa pamrih, penuh pengorbanan, rela dan tak pernah menuntut apa-apa tanpa melihat apa dan siapa yang ditolong, bahkan untuk menerima imbalan sewajarnya sesuai dengan pertolongan pun tidak ada dalam kamus hidupnya. Pembelajaran yang sangat berharga, ada kerelaan untuk mengorbankan dirinya demi suatu penghormatan. Pengalaman ini kami dapatkan ketika kami hampir  mati kedinginan diterjang musim dingin dan badai di suatu daerah, dan seorang pelayan hotel memberikan kamarnya untuk kami tempati dan dia rela melawan hawa dingin menusuk untuk menghormati tamu yang sudah masuk ke hotel tempat dia bekerja. Sungguh pelayanan yang baik. Saya menginginkan hotel ini juga akan seperti itu, dipimpin oleh orang yang tidak hanya berfokus pada keuntungan dan pelayanan kepada kalangan atas, tetapi juga model kepemimpinan dan manajement yang seimbang antara hati dan otak. Saya harus mencari pengganti yang memang benar-benar dapat dipercaya... dan saya telah menemukannya”.

Seluruh balairung megah hotel berbintang 5 itu gemuruh dengan decakan kagum sekaligus berharap akan menjadi pewaris tunggal... dan Mr. Astor melanjutkan pidatonya “Saya telah menemukannya, dengan ihlas tanpa meminta pembelian saham atas milik saya, saya serahkan hotel saya ini kepada orang yang telah berjasa mengajari saya arti memberi... Mr. George C. Boldt”. Gemuruh hadirin tak bisa terelakkan, terbelalak tak percaya... seorang pelayan hotel yang tidak mempunyai apa-apa dipercaya untuk menggantikan tampuk kekuasaan hotel semegah itu, what?, what’s wrong with him?
Tapi keputusan telah disampaikan dan tidak ada yang bisa mengganggu gugat.

Subhaanallaah, kekuatan apa yang ada sehingga pelayan hotel itu akhirnya menjadi milyader dan pemilik tunggal hotel Astorian? Tidak ada kekuatan yang lebih besar dari ke Maha Agungan Allah SWT, kehebatan dan kemulyaan Allah Azza Wajalla... Allah memberikan nikmat tiada tara kepada orang pilihannya, kepada orang yang dengan tulus ihlas memberi kepada yang lain, tanpa pamrih, tanpa tangan kiri tahu ketika tangan kanan memberi. Lalu ketika sudah sedemikian jelas kuasa Allah, akankah kita masih mengingkarinya? Fabiayyi Aalaai Robbikumaa Tukadzdzibaan?

Dan inilah ruangan-ruangan di dalam Hotel Astorian:


Begitulah saudaraku,
Sengaja tidak kami munculkan banyak ayat qauliyyah, tetapi banyak ayat kauniyyah dengan contoh nyata sehingga akan mudah diresapi dan dijadikan ibrah/percontohan, bahwa sebenarnya memberi adalah tindakan terpuji dan tidak ada ruginya, sama sekali. Siapapun kapanpun dan dimanapun kita bisa memberikan semua kemampuan dan potensi yang kita miliki. Masyarakat adalah wadah kita untuk menunpahkan semua kebaikan yang tersimpan dalan diri kita, hanya orang-orang yang tidak menyimpan kebaikan dalam dirinya saja yang senantiasa menciptakan peran dengan mereka.

Yang menjadi masalah adalah ketika kita tidak percaya dan melogikakan semua apa yang terjadi di dunia ini, ketidak percayaan akan kuasa Allah SWT, ketakutan akan kekurangan, trauma atas perlakuan buruk orang lain dan segudang logika yang disusun sendiri.

Bukti ketidak percayaan akan keistimewaan memberi sudah sering terjadi pada diri kita, dan ini kisah nyata:
Ada salah satu saudara kita mendapatkan rizki uang Rp. 1.000.000,-, dia sudah merencanakan bahwa sebagian besar rizki itu akan diberikan kepada seseorang untuk membantu menyekolahkan anaknya, tetapi dia masih berfikir, gambling, menimbang-nimbang sesuatu yang sebenarnya sangat picik, “nanti duitku habis, nanti bagaimana kebutuhanku, nanti bagaimana... bagaimana dan bagaimana”, segudang pertanyaan musykil muncul di benaknya yang sebenarnya bersumber dari satu hal, PELIT. Dia menganggap semua yang dimilikinya harus dikumpulkan untuk bekal di kemudian hari, apalagi semakin carut marutnya perekonomian Indonesia, tapi dia lupa, bahwa ada hukum Allah di sana. Dan akhirnya... tibalah dia harus menuju pusat perbelanjaan, dia lupa dompet yang dibawa masih tertinggal di kendaraannya, walhasil, hilanglah uang tersebut, yang disisakan hanyalah Rp. 3 ribu rupiah bekal pulang dan dompetnya di buang oleh pencuri di tanah. Subhaanallaah...
Yang muncul hanya penyesalan, andai tadi uang itu langsung didistribusikan ke yang berhak untuk menyekolahkan anaknya, andai aku tidak perlu bargaining untuk disimpan dahulu, andai... andai.. andai... hanya bisa berandai-andai, nasi sudah berubah menjadi bubur.

Ada kisah lagi...
Kita sering menumpuk makanan dengan pemikiran jika sewaktu-waktu membutuhkannya kita tinggal memanfaatkan tanpa harus bersusah payah membelinya... yach, sekali lagi MENGUMPULKAN BARANG. Kita takut akan kekurangan, akan kesulitan dan akan rugi (jawa: eman-eman) jika barang itu keluar, karena sebenarnya mungkin suatu saat kita membutuhkannya, begitu mungkin pikiran kita. Tapi tidak tahukah bahwa barang itu ada musimnya, ada kadaluarsanya... baik kadaluarsa jenis bahan maupun kadaluarsa bukan hak milik kita?
Dan akhirnya karena sudah terlalu lama dan belum membutuhkan, maka barang itu ditumpuk di gudang makanan dan... membusuk. Dengan berat hati kita membuangnya... penyesalan datang terlambat, andai kemarin-kemarin aku tidak pelit; aku tidak kawatir akan kekurangan; aku tidak takut suatu saat akan membutuhkannya, maka sudah pasti makanan tersebut sudah dinikmati oleh orang yang membutuhkannya... hmmmm, penyesalan datang terlambat. Sudah kadaluarsa, seperti makanan itu.

Oleh karenanya saudaraku,
Percayalah, Allah Maha Tahu, Allah tidak buta dan tidak tuli, Allah mengetahui semua gerak-gerik manusia dan apa-apa yang ada di dalam hati. Allah Maha Kaya dan Maha Pemurah, Allah akan memberikan semua yang kita minta... Kita hanya diharuskan berharap atas nikmat Allah adn berdo’a memohon nikmat itu. Allah suka kepada hamba-Nya yang merengek.
Dalam memberi, kuncinya adalah IHLAS, ihlas diibaratkan seperti kita dengan suka rela melepas nafas yang kita hembuskan; mengeluarkan keringat dari pori-pori bahkan (maaf) mengeluarkan kotoran tubuh setiap pagi, kita rela, tanpa berusaha untuk mengingat-ingat dan menghitung berapa dan bagaimana. Dengan ihlas, maka semua janji Allah akan dipenuhi. Allah akan memberikan segala sesuatu sesuai dengan kadar masing-masing.

Yang paling penting adalah kita dapat memulainya dari hal-hal yang paling sederhana, misalnya memberikan senyum kepada orang lain, tegur sapa, mendoakan, membantu dengan tenaga dan sampai pada membantu yang paling dikawatirkan, UANG.

Saudaraku,
Tanamkan dalam hati kita bahwa memberi adalah kebaikan dan tidak akan jatuh miskin
Memberi adalah keindahan, kehormatan dan bukti rasa bersyukur atas nikmat Allah yang tiada tara
Lakukan kapanpun, di manapun dan untuk siapapun
Mulailah dari sekarang, dengan yang terkecil dan sederhana serta dari diri sendiri
Having is giving not collecting
Yang terakhir dan paling penting... IHLAS

Hanya ini yang bisa Saya persembahkan bagi Saudaraku semua, semoga bermanfaat.

Selamat memberi!!!

Kamis, 23 September 2010

Inspirasi Berprestasi


Kesuksesan luar biasa hanya akan:
diraih oleh yang bervisi kuat
dimiliki oleh yang mendayagunakan potensi dengan optimal
 dimulai oleh orang yang mengambil peluang sukses
dimenangkan oleh yang termotivasi sukses
dihasilkan oleh yang mempunyai misi sukses dalam peran hidupnya
diraih dengan strategi sukses yang tertata
dilalui dengan gerak sukses amal sholeh dan nasihat agar sukses berlipat,
Amin.

Saudaraku,
Saat ini seluruh mahluq Allah bertasbih kepada Allah, saat ini seluruh alam semesta berotasi; berevolusi dan bergerak mengikuti sunnatullah. Saat ini mari kita juga bertasbih, bergerak dan menorehkan sejarah untuk masa depan kita.

Sadar dan syukur, bentuk kesadaran tertinggi dari kehidupan adalah bersyukur kepada Allah. Kehidupan dan tantangan hidup adalah suatu kenyataan dan ujian yang harus dihadapi dengan cerdas, pastikan diri kita harus tetap semangat dan mengambil peluang sukses. Jangan sia-siakan hidup yang sekali ini, jangan sia-siakan diri kita yang telah menerima begitu banyak nikmat Allah. Kita harus semakin cepat bangkit memperbaiki dan memperbaharui prestasi hidup kita. Lipatgandakan sukses hidup kita!!!, sukses keluarga, sukses masyarakat dan sukses bangsa dimulai dari pribadi yang sukses. Tentu saja kita tidak ingin hanya sukses dunia (sukses sementara) yang kita raih, akan tetapi sukses dunia berimbas pada sukses akhirat (sukses yang kekal), dan inilah cita-cita sukses hakiki!!!

Alangkah indah dan bahagianya apabila sukses hakiki yang menjadi tujuan dan arah hidup manusia dapat diraih, dengan meraihnya maka hidup akan terasa sempurna. Hal ini sesungguhnya telah dijelaskan secara detail arahan dari ayat-ayat Al-Qur'an bagaimana cara kita meraih sukses tersebut.
Dimulai dari wahyu Allah pertama kali QS. Al-Alaq: 1-5 yang memerintahkan hamba-Nya untuk membaca, membaca semua fenomena yang ada sehingga membuka cakrawala lebih luas, dengan membaca maka jendela dunia akan terbuka dan inilah pintu pertama untuk sukses. Tanpa membaca, niscaya kita tak akan mendapatkan apa-apa kecuali kegelapan.
Dilanjutkan dengan eksplorasi QS Al-Faatihah yang telah membuka cara mencapai sukses dengan 7 kunci kunci pembuka sukses, yaitu 1) visi sukses, 2) potensi sukses, 3) peluang sukses, 4) motivasi sukses, 5) misi sukses, 6) strategi sukses, dan 7) gerak sukses. Semua sebenarnya sudah termaktub dalam Al-Qur'an. Lalu apalagi yang akan kau ragukan dari Tuhanmu? Fabiayyi aalaai robbikumaa tukadzdzibaan?
Semua telah dipermudah oleh Allah melalui Al-Qur'an, sebagaimana termaktub dalam QS. 54: 17 "dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?"

Membangun Keyakinan Sukses
Sukses, dipengaruhi oleh kesadaan; cara pandang dan keyakinan kita. Untuk itu diperlukan upaya untuk membangun keyakinan sukses.
Semua berawal dari (QS. Al-Alaq, 96: 1-5). Terdapat 2 kali kata "bacalah". Itulah sebagian redaksi wahyu pertama dari Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang dimaksud di sini adalah bacalah ayat qauliyyah Al-Qur'an dan bacalah ayat kauniyyah kehidupan di dunia,  dapatkan kesadaran hakiki dan sadari keberadaan diri. Janganlah sampai terlambat. dengan membaca berulang-ulang, niscaya kita akan mendapatkan kemulyaan.

Dalam proses mendapatkan kesuksesan, perlu adanya kesadaran. Kesadaran tentang diri; tujuan dan kewajiban, pandangan tentang hidup dan lingkungan. Kesadaran tidak hanya berada pada tataran mengetahui, tetapi mulai menanamkan dalam mindset pikiran; meresapi; mempunyai tekad; membaharui dan mengambil tindakan untuk melaksanakan sesuatu. Kesadaran yang telah kita dapatkan akan menjadi langkah awal menuju sukses.

Pembuka Jalan Sukses
saudaraku,
Banyak jalan menuju sukses, tetapi terkadang kita kesulitan untuk mencari pintu dan pembuka jalan menuju sukses. Begitu banyak buku panduan sukses yang telah kita baca, sejumlah seminar sukses telah kita ikuti adn banyak motivator yang kita datangi hanya sekedar untuk mencari kunci sukses... dan ternyata berbeda-beda. Mengapa tidak datang kembali ke Al-Qur'an? Surat Al-Faatihah, inilah pembuka tabir.

Sebagai ummul kitab, Al-Faatihah ternyata mempunyai grand desain perjalanan hidup manusia. Terdapat 7 kunci pembuka sukses hakiki, mari kita renungkan bersama:

1. Allah, Engkaulah tujuan hakiki kami, engkaulah sumber Kemurahan yang tak terbatas dan Maha Kasih Sayang-Mu dambaan dan harapan kami. (melalui ini, terhujam visi sukses kami/tujuan hidup kami)

2. Allah, Engkau Pencipta; Pemilik; Pemelihara dan Pendidik. Sempurnakanlah kemampuan kami untuk merasakan anugerah-Mu. Kami bersyukur atas segala anugerah potensi dan fasilitas serta segala kenikmatan yang tak terhitung. (melalui ini, berkembang potensi sukses kami)

3. Allah, atas kemurahan-Mu dan kasih sayang-Mu, tambahkanlah kami wawasan; kefahaman; kesadaran dan hikmah, agar kami dapat mengambil peluang berlipat ganda. Sempurnakanlah anugerah curahan nikmat-Mu (melalui ini, terbuka peluang sukses kami)

4. Ridlo dan Rahmat-Mu Allah, pembalasan yang baik dan pahala syurga harapan kami, akhiratlah balasan yang sempurna amal kami (itulah sumber motivasi sukses dalam setiap langkah kami)

5. Kami menyadari diri ini sebagai hamba yang lemah, kami pasrahkan diri ini kepada Engkau. Tolonglah kami dalam menjalani kehidupan ini sesuai kehendak-Mu. Kami menyadari inilah tekad misi sukses kami/tugas hidup kami.

6. Sungguh kami memerlukan petunjuk dan pedoman dalam kehidupan kami jalan yang lurus. Jalan yang menyampaikan kami pada tujuan hakiki. Engkau bimbing kami dengan tuntunan-Mu Al-Islam dan pedoman hidup Al-Qur'an. Itulah pilihan strategi sukses kami/pedoman hidup kami

7. Masukkan kami dalam barisan orang-orang yang telah sukses, telah jelas teladan sukses kami. Jauhkan kami terhadap jalan orang-orang yang menyengsarakan kami, kuatkan kami untuk mengelola segala resiko yang menjatuhkan kami dalam penderitaan hingga menjadi gerak sukses kami/action/cara hidup kami.

Inspirasi luar biasa Al-Faatihah inilah akan memunculkan sukses yang dapat disusun dalam rumus:

sukses = 
visi x potensi x peluang x motivasi x misi x strategi x gerak

Dalam memahami ke-7 hal di atas, berikut bisa dipahami dengan lebih aplikatif:
Visi
visi adalah doa dan harapan, gambaran masa depan yang akan dicapai, cita-cita dan yang diidam-idamkan serta apabila kita mengingatnya maka kita akan bersemangat untuk melakukan sesuatu
Potensi
Potensi adalah anugerah Allah kepada kita. Jasad, ruh, pendengaran, hati, nafsu, akal dan fasilitas hidup kita
Potensi adalah kemampuan dan bakat kita, modal dasar yang harus kita lipatgandakan dan tingkatkan, kita bangun dan kerahkan untuk meraih tujuan hidup.
Untuk mengembangkannya, maka kita harus melakukan analisa internal untuk melihat potensi, bersyukur, lejitkan, munculkan dan manfaatkan semaksimal mungkin
Peluang
Kehidupan yang ada membuka peluang bagi semua orang, Allah memberikan peluang itu, tinggal kita sendiri yang mampu atau tidak memanfaatkan peluang yang ada. lakukanlah analisa eksternal untuk melihat peluang di depan kita, raih dengan amal dan dapatkan pahala.
Motivasi
Dalam meraih sesuatu, kesuksesan didukung oleh semangat; dorongan dari dalam dan luar diri. sehingga sukses berprestasi dan tahan dalam menghadapi hidup. Sebenarnya motivasi adalah hadiah Allah untuk kita karena motivasi hakiki adalah ridlo-Nya. Bayangkan kenikmatan dan kebahagiaan bila sukses telah kita raih. Dalam tataran praktiknya, dapatkan motiv-motiv yang membuat kita bergairah.
Misi
Misi adalah tugas hidup kita sebagai manusia, peran kita untuk memberikan kemanfaatan pada lingkungan kita. Pada dasarnya misi kita adalah sebagai hamba Allah, memohon dan beribadah serta sebagai khalifah di dunia. Maka kembangkan dan optimalkan peran hidup kita.
Strategi
Hidup harus mempunyai tujuan, dan dalam mencapainya tidaklah mudah karena waktu dan sumber daya terbatas, karena kita menginginkan hasil yang optimal dan efektif dengan sumber daya yg efsien, selain itu karena kita tidak sendiri, ada orang lain dan memerlukan koordinasi kerjasama dengan orang lain. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi, suatu cara dan pedoman mencapai tujuan; perencanaan hidup. Untuk itu diperlukan prioritas strategi, siapkan sumber daya manusia untuk mendayagunakan sumber daya lainnya, susun ukuran sukses dan buat action plan serta pelaksana dan penanggung jawabnya. Jangan lupa untuk merencanakan amal unggulan, yaitu amal jariyah.
Gerak
dalam mencapai dan mewujudkan cita-cita kita harus bergerak. Semua aktifitas harus dimulai dengan basmalah. kaitkan aktivitas kita dengan visi hidup, karena sebenarnya semua gerak harus kita niati sebagai ibadah dan amal sholih.
Dalam beraktifitas, hendaknya kita mencontoh aktifitas orang-orang sukses, terapkan praktik terbaik. Setelah beraktifitas, jangan lupa untuk menggerakkan orang lain, sukseskan orang lain dengan nasihat dan upaya semaksimal mungkin agar sukses berlipat.
Lakukan pelestarian dan pemasalan sukses (continous improvement), kontrol dan kendalikan resiko dalam beraktifitas, lakukan perbaikan berkesinambungan agar sukses kita lestasi dan lipatgandakan sukses kita dengan mensukseskan orang lain.

Untuk sukses diperlukan ihtiar atau usaha, untuk itu:
cari, kuatkan dan luruskan visi sukses
daya gunakan potensi dengan optimal
ambil dan ciptakan peluang sukses
motivasi terus diri anda
punyai misi sukses dalam peran hidup
raihlah dengan perencanaan dan strategi sukses yang tertata
wujudkan sukses melalui gerak sukses amal sholeh, dilestarikan dan dilipatgandakan sukses dengan mengikuti teladan terhebat

Akhirnya saudaraku,
Jika kita telah bekerja dan berbuat khas (kerja ihlas, cerdas, keras, tuntas, waras, puas, selaras dan berkualitas), menjadikan agama; nilai dan budaya yang baik sebagai  dasar dan bahan pertimbangan, mencari tauladan; mencontoh keteladanan dan memberi keteladanan, melakukan amalan sholih dengan berlandaskan iman islam dan ihsan dengan tujuan bertaqwa, maka SUKSES HAKIKI akan kita raih.

The Power of Gratitude (Kekuatan Bersyukur)

Sahabat sejatiku...

Bersyukur merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi... begitu banyak nikmat Allah yang diberikan kepada kita, apapun dan bagaimanapun kita, segala apa yang ditaqdirkan untuk kita.. seyogyanya kita bersyukur. Perlu bukti?

Kisah tentang kerikil yang bersyukur...
tahukah anda dengan kerikil? kecil, terletak di bawah dan sering diinjak orang, dan terkesan tak bermakna... pernahkah dia menyesal? pernahkah dia marah pada Allah karena selalu diinjak-injak? pernahkah dia protes kepada Allah kenapa tidak ditakdirkan sebagai batu besar yang kuat dan berguna?... tidak !!! Kerikil tetap bersyukur bahwa dia ditakdirkan menjadi kerikil, masih bermanfaat untuk membantu foot terapi, campuran bahan bangunan memperkokoh rumah, dengan badannya yang kecil dia bisa berjalan kemana saja mengikuti air mengalir... dan akhirnya akan berkumpul menjadi batu besar

Pernahkah kita sedikit meluangkan waktu untuk berfikir tentang udara yang kita hirup selama ini?
Mulai lahir sampai hari ini kita masih diberikan kesempatan Allah bernafas... tahukah apa yang kita hirup? OKSIGEN... betapa Allah Maha Pemurah memberikan oksigen gratis kepada kita. Coba seandainya kita diharuskan membayar... berapa milyar bahkan bilyun?

Berikut analisanya:
Tabung oksigen kecil yang hanya beberapa liter (ex: merk OXICAN yang bisa dibeli di apotik)
satu tabung kurang lebih Rp. 30.000,- dengan cara pakai:
- hirup selama 2 detik
- 75 kali pemakaian habis
maka total 1 tabung habis dalam waktu 2 detik x 75 kali pemakaian = 150 detik = 2.5 menit
dalam 1 jam akan membutuhkan 24 tabung (60 menit / 2.5 menit), maka:
# 1 jam = 24 tabung x Rp. 30.000,- = Rp. 720.000,-
# 1 hari = 24 jam x Rp. 720.000,- = Rp. 17.280.000,-
# 1 thn = 360 hari x Rp. 17.280.000,- = Rp. 6.220.800.000,-

sekarang berapa usia kita?
15 tahun = Rp. 93.312.000.000,-
20 tahun = Rp. 124.416.000.000,-
25 tahun = Rp. 155.520.000.000,-
30 tahun = Rp. 186.624.000.000,-
35 tahun = Rp. 217.728.000.000,-
40 tahun = Rp. 248.832.000.000,-
45 tahun = Rp. 279.936.000.000,-
50 tahun = Rp. 311.040.000.000,-
55 tahun = Rp. 342.144.000.000,-
60 tahun = Rp. 373.248.000.000,-

bisakah kita menyediakan uang sebanyak itu? belum ribetnya menggunakan alat tersebut... sedangkan udara yang disediakan Allah gratis dan dengan mudah kita dapatkan tanpa ada embel-embel apapun...
LAIN SYAKARTUM LAAZIIDANNAKUM, WALAIN KAFARTUM INNAA 'ADZAABII LASYADIID

MASIHKAH KITA TIDAK BERSYUKUR?

Senin, 20 September 2010

Mencintai

Mencintai, ibarat seseorang menaiki anak tangga, perlahan menapak dari satu anak tangga ke anak tangga yang lain hingga kan tercapai maqom tertinggi.

Tak dipungkiri ada keinginan dan pengharapan ketika mencintai, meminta adanya imbal balik dari apa yang telah kita berikan, kita lakukan dan kita suguhkan. Kita meyakini bahwa kita telah memberikan semua yang ada dengan sepenuh hati dan kita menginginkan ada timbal balik dan korelasi seimbang antar kedua belah pihak. Ada penolakan dan rasa marah ketika kita tidak mendapatkan perimbangan itu, tidak terima ketika tidak ada imbalan. Salahkah ini? tidak. Namun ini berada pada tataran yang rendah, CINTA DENGAN TUNTUTAN. Yach, kita menuntut yang kita cintai juga memberikan seperti apa yang telah kita persembahkan untuknya. Penuh perhitungan.

Perlahan tapi pasti tangga itu satu persatu terlewati... seiring dengan waktu, kita menyadari bahwa mencintai tidak hanya sekedar mendapatkan hak dicintai, tetapi juga memberikan hak bagi yang dicinta. Tetapi masih gamang, penuh tawar-menawar... meyakini bahwa mencinta penuh pengorbanan akan memberikan kesejatian, tetapi masih tidak bisa menerima ketika ternyata pengorbanan itu tak akan membuahkan hasil seimbang. CINTA DENGAN PENAWARAN. Yach, aku akan mencintai sesuai dengan kadar dia mencintai agar tidak ada penyesalan. Perimbangan neraca dagang.

Suatu saat, di kala berada pada perenungan... ternyata penawaran itu tak bernilai, ada kegalauan hati menyesakkan dada, kalau selalu seperti ini maka tak akan didapatkan kesejatian, karena masih ada letupan amarah, belalakan mata dan rengekan serta pengandaian yang mengedepankan idealitas untuk menggapai cinta. Dan sampailah pada suatu pemikiran, apalah artinya tuntutan kalau akhirnya hati penuh amarah, apalah artinya tawar-menawar jika masih ada kekecewaan... tak ada permintaan, tak ada tuntutan... biarkan yang kupunya menjadi miliknya, apa yang kumampu kulakukan untuknya, apa yang ada di diriku kupersembahkan untuknya, ragaku; jiwaku; hatiku bahkan nyawaku. Tak terbersit sedikitpun semua yang dilakukan untuk memenuhi hasrat diri; panggilan hati dan kebutuhan raga rohani, semua terbaktikan untuk dia, yach dia... tak perduli kulit tersayat sembilu tersiram cuka, perih... tak peduli nafas tersengal tercekat; keringat bercucuran; mata buta; telinga tuli; mulut bisu; tangan dan kaki tak bergerak berlumur darah... tak dihiraukan desir darah itu kian membeku, mencekat... golakan perut tak bersahabat... semua dilakukan hanya untuk dia... CINTA DENGAN PENGORBANAN, CINTA DENGAN KESEJATIAN... yach, aku hadir untuknya; siap untuknya; berkorban demi dirinya... walau bagaimanapun dia, tanpa tuntutan; tanpa tawaran... memberi dan memberi... inilah kesejatian, inilah arti mencinta sebenarnya... dan sampailah pada tangga teratas, bertemu bangunan cinta sejati.


Mencintai mahluq-Nya demi Pencipta-Nya dengan cara yang nomor 3. Jika bisa itu, kenapa tidak bisa mencintai sang Pencipta seperti mencintai ciptaan-Nya?

Merindukan Allah

 Merindukan Allah .Oleh.H.TB.A.Khudori Yusuf

Ketika malam telah larut, alam fikiranku melayang mengembara kearah kegelapan malam, fikiranku menerawang kesebuah kuburan yang kaku, gundukan tanah merah yang dingin, perut bumi yang menjadi kediamanku kelak, didalamnya tak lain cacing dan serangga pemakan bangkai, tubuhku yang tak mampu menepis binatang yang menggerogotiku dan menjadikan tubuhku sarang dan tempat bertelur, alangkah tak berdayanya tubuh ini, sahabatku meninggalkanku, anak istriku meninggalkanku, orangtuaku meninggalkanku, semua orang yang kukenal melupakanku, mereka tak mau ikut mati bersamaku, mereka tak mau tahu lagi apa yang menimpaku dikuburku, mereka tak mau walau hanya menepiskan cacing yang menggerogoti tubuhku, mereka tak perduli lagi tubuhku membusuk sedikit demi sedikit, hingga tubuhku hancur dan berbau, hingga tubuhku menjadi tulang, lalu habis musnah menjadi tanah?, kemana aku akan pergi, ruhku akan melayang memenuhi panggilan Penciptaku.
Wahai Allah, tak ada selain Mu, Engkaulah yang akan menepiskan semua serangga yang mendekati tubuhku, akan Kau jaga tubuhku yang masuk dalam perut Bumi, Engkau mendengar jeritan hatiku yang merindukan Mu, maka dengarlah Wahai yang menciptakan harapan, wahai yang menciptakan segala kerinduan, wahai yang menciptakan keinginan untuk mengadu, kulontarkan kalimat yang kini hampir memecahkan kalbuku, Aku tak mempunyai selain Mu untuk mengadu, untuk menolong, untuk memberi, untuk diharapkan, untuk bergerak, untuk bernafas, untuk berucap, untuk bersuara, untuk mendengar, untuk melihat, untuk melangkah, untuk bergerak, untuk berfikir, untuk makan, untuk minum, untuk tersenyum, untuk bergembira, untuk segala galanya, selain Mu, semua yang kumiliki, dan yang tak kumilki adalah milik Mu, tubuhku milik Mu, makananku milik Mu, semua yang kulihat milik Mu, semua yang kudengar Milik Mu, semua yang kuuucapkan milik Mu, semua langkahku milik Mu, setiap nafasku milik Mu, setiap detak jantungku milik Mu, perasaanku milik Mu, kerinduanku milik Mu, harapanku milik Mu, kesedihanku milik Mu, kegembiraanku milik Mu, alangkah indahnya wahai Rabb, Karena Engkau memilikiku, Engkau menggenggam diriku, Engkau mengaturku, Engkau menjagaku, Engkau melindungiku, Engkau mengayomiku, Engkau melimpahkan kelembutan Mu padaku, aku merindukan Mu wahai Allah, Engkau memanggilku agar aku dekat kepada Mu wahai Allah?
Wahai yang menciptakan cinta kasih di seluruh kalbu hamba Nya, Engkau menghendaki aku mencintai Mu wahai Allah.., wahai yang menciptakan lidah saling menyebut nama nama hamba Nya, Engkau menghendaki aku menyebut nama Mu wahai Allah?, wahai yang menciptakan segala yang indah, keindahan yang terlihat dan yang tak terlihat, keindahan yang terdengar dan tak terdengar, keindahan yang terucapkan dan tak terucapkan, keindahan yang terasa dan tak dapat dirasa, keindahan yang diketahui dan yang tak diketahui, keindahan yang tersaksikan dan yang tersembunyi, semua keindahan itu berasal dari keindahan Mu wahai Allah, maka betapa indahnya Engkau .., betapa lembutnya Engkau ?
Maka Wahai Pencipta Keindahan, Wahai Pencipta Kelembutan, Wahai Pencipta Kasih sayang, sebagaimana Engkau perlihatkan keindahan yang ada pada makhluk Mu, sebagaimana Engkau perlihatkan kelembutan yang ada pada makhluk Mu, sebagaimana Engkau perlihatkan kasih sayang yang ada pada makhluk Mu, maka perlihatkan padaku Keindahan Mu wahai Allah?, perlihatkan kelembutan Mu wahai Allah.., perlihatkan kasih sayang Mu wahai Allah?, walau hanya berupa harapan, walau hanya berupa sangkaan, walau hanya berupa khayalan, walau hanya berupa kerinduan, walau hanya berupa keinginan, walau hanya berupa airmata, walau hanya berupa pemberian, walau hanya berupa lamunan, walau hanya berupa kemudahan, walau hanya berupa pertolongan, asalkan aku mengetahui bahwa itu datang dari kelembutan Mu, datang dari kasih sayang Mu, datang dari keindahan Mu, alangkah kecewa hamba yang hanya memiliki harapan, hamba yang hanya memiliki khayalan, hamba yang hanya memiliki lamunan, hamba yang hanya memiliki kerinduan, hamba yang hanya ingin dekat, hamba yang hanya mendambakan kelembutan, hamba yang hanya mendambakan ayoman, hamba yang hanya mendambakan kasih sayang, sedangkan modal semua harapanku hanyalah airmata, apakah ia harus dikecewakan oleh yang Maha tak mengecewakan, alangkah hancur perasaannya kalau kerinduannya ditolak oleh yang Maha tak menolak kerinduan, alangkah berkeping kepingnya kecintaannya, bila keinginannya untuk dekat tertolak oleh yang Maha tak menolak hamba Nya yang ingin dekat, itu semua tak ada pada dzat Mu, itu semua tak ada dalam sifat Mu, itu semua tak ada pada perbuatan Mu, apalagi yang membuatku tertolak sedangkan Engkau yang Maha menerima, apalagi yang membuatku tersingkir sedangkan Engkau yang Maha merangkul, apalagi yang membuatku terjauhkan, sedangkan Engkaulah yang maha mendekatkan, salahkah aku merindukan Mu, sedangkan Engkaulah yang menciptakan kerinduanku pada Mu, salahkah aku menginginkan dekat pada Mu, sedangkan Engkaulah yang menciptakan keinginanku untuk dekat kepada Mu, salahkah aku merasa tenggelam dalam samudra Kelembutan Mu, sedangkan Engkaulah yang menciptakan perasaa itu dihatiku.
Wahai Allah.., wahai yang menamakan diri Nya Allah?, wahai yang menginginkan nama Nya dipanggil Allah, wahai yang menginginkan lidahku memanggil Dzat Nya dengan panggilan Allah, wahai yang menginginkan aku mengharapkan Nya dg mengingat nama Allah, wahai yang menciptakan lidahku bergetar menyebut Nama Allah?, wahai yang memberikan kemampuan pada jemariku menuliskan nama Allah.., maka dengan kemauan Mu kusebut namamu Allah.., dengan keinginan Mu kurindukan Engkau Allah.., dengan keinginan Mu aku ingin dekat kepada Mu wahai Allah?, salahkah aku berkeinginan, salahkah aku merindukan, salahkah aku ingin dekat, sedangkan semua getaran kalbuku itu adalah keinginan Mu wahai Allah?, maka sebagaimana Kau jadikan cacing merangkak tanpa tangan dan kaki, maka jadikan aku merangkak kepadamu tanpa hambatan, sebagaimana Kau jadikan anjing najis bertasbih mensucikan Mu, maka jadikan aku pendosa hina yang mendambakanmu, sebagaimana kaujadikan air mengalir menjadi beku, maka jadikan harapanku mengalir kearah Mu dan membeku dipintu Mu, sebagaimana Kau jadikan gunung batu menjadi debu, maka jadikan seluruh kesalahanku menjadi debu dihadapan Keagungan Mu, sebagaimana Kau jadikan bumi perkasa terinjak injak, maka jadikan hawa nafsuku terinjak injak kerinduanku kepada Mu, sebagaimana Kau jadikan Raja berwibawa terkalahkan dan terhinakan, maka jadikan kesombonganku terhinakan oleh kewibawaan Mu, sebagaimana kau jadikan sesuatu yang bergerak menjadi diam, maka jadikan tubuhku yang bergerak berubah diam dari segala yang tak Kau ridhai, sebagaimana kau jadikan semua yang ada menjadi fana, maka jadikanlah gunung dosa ini fana dalam kelembutan Mu, sebagaimana kau jadikan yang tak mungkin menjadi kepastian, maka Jadikan semua ketidak mungkinanku untuk dekat menjadi janji kepastian.

Idealitas Pelajar

Pelajar adalah pemuda penerus bangsa, penerus perjuangan dan dakwah yang dilakukan generasi sebelumnya. Pelajar sebagai pemuda sangat penting peran sertanya dalam pembangunan, baik pembangunan untuk diri sendiri; keluarga; lingkungan; agama; bangsa dan negaranya, karena pada dasarnya potensi pelajar sangat besar, apalagi jika diasah dan disinergikan potensi-potensi tersebut akan menghasilkan ledakan yang dahsyat. Banyak perubahan yang dapat dilakukan oleh pelajar karena besar tidaknya suatu negara bergantung pada sepak terjang pelajar dalam memperjuangkan idealisme hidupnya.

a.       Paradigma pelajar ideal dan islami
Idealisme adalah suatu persepsi tentang bagaimana seseorang harus berbuat atau bertingkah laku berdasarkan standar; tujuan; aspirasi dan nilai-nilai yang dimiliki individu. Juga diartikan sebagai hidup dan berusaha hidup menurut cita-cita atau menurut patokan yang dianggap sempurna. Idealisme seseorang harus dibangun di atas pondasi yang kokoh, yaitu berdasarkan tujuan hidup dan bekal hidup yang dimiliki sejak kecil.
Idealisme dimaknai sebagai sebuah poin-poin penting yang menjadi “alarm” bagi seseorang ketika melangkahkan kaki, menapaki jalan-jalan kehidupan pada garis yang telah ditentukan Allah. Dalam hidup ada hitam, putih, merah, kuning, hijau dalam setiap poin, itulah yang disebut sebagai visi, tujuan, prinsip dan nilai hidup.

Setiap manusia mempunyai ideal hidup sendiri-sendiri, hal ini tergantung pada cara pandang terhadap hidupnya; cita-cita; keinginan; patokan yang dimiliki dan dianutnya; harga diri; kemampuan seseorang; budaya; ambisi hidup.

Pelajar yang ideal adalah pelajar yang mempunyai cita-cita dan hidup menurut cita-cita atau patokan yang dibuat dan dianggap paling sempurna untuk hidupnya. Sudah banyak contoh para pemuda yang ideal, mulai dari sejarah Islam sampai dengan yang ada di Indonesia.

Dalam sejarah Islam kita melihat pembinaan pertama yang dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah terhadap para pemuda. yang termuda, ali bin Abi Thalib berusia 8 tahun hampir sama dengan Az-Zubair bin Al-‘Awwam, kemudian Ja’far bin Abi Thalib (18 tahun), Utsman bin Affan (20 tahun), Umar bin Khattab (26 tahun). Usman bin Zaid pada usianya yang masih cukup belia (18 tahun) sudah diangkat Rasulullah SAW menjadi panglima perang memimpin pasukan muslimin dalam penyerbuan ke wilayah Syam yang berada dalam kekuasaan Romawi. Pemuda-pemuda seperti merekalah yang patut kita teladani, ilmu pengetahuan; semangat berjuang; jiwa berkorban dan ketakwaannya semata-mata hanya mengharap ridlo Allah dan Rasul-Nya.

Di zaman sekarangpun kita patut bangga atas prestasi pemuda Indonesia dalam berbagai bidang. Dalam menguasai ilmu pengetahuan (sains), kemampuan dan kualitas pelajar Indonesia tidak kalah dibandingkan dengan pelajar-pelajar di negara lain. Hal ini telah diakui oleh masyarakat dunia dalam berbagai kompetisi. Mereka tak cuma berjaya di bidang ilmu murni pada Olimpiade Fisika atau Matematika, tapi juga mampu menciptakan sesuatu yang baru. Diantaranya, terciptanya robot yang mampu mendeteksi bom, alat pendeteksi tsunami, hingga manfaat eceng gondok untuk mengurai polusi. Sebagai bukti, kampus-kampus di Singapura diketahui agresif memburu para pelajar berprestasi dari Indonesia, mereka memiliki agen yang mendatangi sekolah-sekolah unggulan di kota-kota besar, untuk merayu para pelajar agar kuliah di Singapura. Beasiswa yang ditawarkan, kata Hendra Wong, Ketua Pemuda Pelajar Indonesia Singapura, amat menggiurkan dibanding yang ditawarkan pemerintah Indonesia, angkanya memang bervariasi, tapi setidaknya sudah menutupi biaya kuliah, yang rata-rata bernilai Rp 112 juta per tahun.
Sepanjang 2010 inilah prestasi para pelajar Indonesia:
·         Masruri Rahman (SMPN 78 Jakarta): Meraih medali emas 5th World School Chess Championship Greece di Yunani.
·         Sayyidathu Thifal Atqiyya dan Zuraidah Hanifah (Madrasah Techno Natura Depok): Membuat robot ekosistem (Eco-Bot) dipresentasikan kepada NASA.
·         Leuan Andalver Noble dan Habib Adib Wahono (Madrasah Techno Natura Depok): Membuat teleskop robotik (T-Bot).
·         Muhammad Kautsar, Dian Sartika Sari, Dhicha Putri Maharani, dan Hidayu Permata Hadi (SMAN 6 Yogyakarta): Meraih medali emas dalam kompetisi sains di International Conference of Young Scientist untuk kategori bidang lingkungan. Penelitian mereka tentang potensi biji mahogany sebagai bahan bakar alternatif dan obat nyamuk.
·         Healtha Padmanusa dan Nabila Binti Ahmad Anshori (SMA Semesta Bilingual Boarding School Semarang): Meraih medali perak dan perunggu pada International Sustainable Energy Engineering and Environment Project Olympiad pada 14-19 April di Houston Texas, Amerika Serikat. Keduanya memanfaatkan ekstrak biji tanaman senduduk (Melastoma malabathricum) sebagai pengganti silikon untuk bahan membuat solar cell.
·         Dhora Vasminingtya dan Nila Sutra (SMAN 1 Ponorogo, Jawa Timur): Meraih medali perunggu untuk kategori rekayasa teknologi di forum International Sustainable Energy Engineering and Environment Project Olympiad. Keduanya membuktikan, sekam atau kulit padi memiliki kekuatan dua kali lipat sebagai suplemen beton bangunan.
·         Mutiah Humaira dan Shinta Erdiana (SMA Kharisma Bangsa Tangerang Selatan): Meraih honorable mention untuk kategori energi dalam International Sustainable Energy Engineering and Environment Project Olympiad. Keduanya membuat biobriket dari bahan biomassa, seperti tongkol jagung, dedaunan, dan ranting.
·         Eka Randani (pemain PERSIB) memperoleh penghargaan Youth Champions for Sport Category (YcfSC) dari Indonesia Marketing Subculture Forum
·         Egi Hamzah berprestasi di bidang politik, Daniel Edward (lingkungan hidup), Lucky Widiantara (wirausahawan)
·         Satrio Wibowo (15 tahun), anak indigo, penulis muda super istimewa. Menulis novel pertamanya berjudul The Chronicles of Willy Flarkies dalam bahasa Inggris pada usia 12 tahun.

Dari beberapa contoh di atas, ada 1 hal yang sama yaitu mereka mempunyai idealitas, ideal diri sebagai seorang pelajar yang ingin terus menggali ilmu pengetahuan; mengembangkan ilmu; selalu ingin belajar dan menggali potensi dirinya serta bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.

Diantara prestasi yang diraih oleh mereka, tidak sedikit pula pelajar yang terjerumus dalam tindakan yang tidak bermanfaat, misalnya mengikuti geng/perkumpulan anarkis; tawuran; perkelahian; merusak lingkungan; pergaulan bebas; budaya seks bebas; penggunaan obat-obat terlarang; tidak menghargai keluarga; bermalas-malasan; hura-hura; hedonisme; aborsi; bunuh diri kaena putus asa, selain itu budaya konsumerisme dan gaya hidup mewah serta sekulerisme sudah menjadi gaya hidupnya. Hal ini menunjukkan bahwa mereka salah dalam menempatkan idealisme hidupnya, mereka lupa untuk menggali potensi positif yang dimilikinya.

Menilik dari kedua contoh situasi di atas, perlu diketahui oleh seorang pelajar tentang solusi dan kriteria pelajar ideal. Solusinya hanya ada satu yaitu kembali kepada Islam dengan kaffah, sempurna, menyeluruh, jangan setengah-setengah agar menjadi pelajar yang ideal menurut islam. Selain kisah para sahabat yang dididik oleh Rasulullah SAW, ada kisah terkenal yaitu Ashabul kahfi, mereka sebagai cerminan kelompok pemuda yang beriman dan bertaqwa, tegar keimanannya kepada Allah SWT.

Terdapat kriteria dan sifat-sifat dasar seorang pelajar/pemuda yang ideal menurut DR. M. Manzoor Alam (1989: 40-43), yaitu:

1.       Percaya dan hanya menyembah kepada Allah SWT
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepada anaknya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman besar.” (TQS. Luqman :13)

2.       Berbuat baik/berbakti kepada kedua orang tua
Islam menekankan pentingnya berbuat baik kepada kedua orang tua dan merupakan bagian terhadap penyembahan terhadap Allah Yang Maha Kuasa. “Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (QS. Al Israa: 23)

3.       Jujur dan bertanggung jawab
Pelajar islam patutnya berikhtiar untuk memanfaatkan amanah yang berupa kesehatan, ilmu, fisik, tindakan, hati, pengetahuan dan lainnya. Sebagaimana Firman Allah SWT:
Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), Kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh Telah kami binasakan. dan cukuplah Tuhanmu Maha mengetahui lagi Maha melihat dosa hamba-hamba-Nya.” (QS. Al Israa : 16-17).

4.       Persaudaraan dan kasih sayang
Pelajar Islam juga harus memiliki sifat kasih sayang antar sesamanya dan hendaknya dibarangi dengan semangat berkorban. “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al Hujuraat : 10).

5.       Bermusyawarah
Setiap individu memiliki perbedaan, agar tidak terjadi perpecahan dan kesalah fahaman dalam bermasyarakat, tentunya pemuda/pelajar Islam juga harus perpegang teguh pada norma-norma permusyawarahan. Seperti yang telah diamanatkan Allah SWT. : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali’Imran:159)

Selain ciri khas di atas, ada tanda yang lain yaitu:
1.       Taat pada Allah dan Rasul-Nya
2.       Mengikuti islam dengan ajarannya
3.       Selalu ada Allah SWT di hatinya
4.       Melihat dunia dengan mentalitas nasionalis
5.       Selalu termotivasi untuk melakukan hal yang lebih baik
6.       Tidak bosan untuk belajar, menggali ilmu
7.       Memiliki visi untuk kesejahteraan ummat islam
8.       Menjadi contoh bagi yang lain
9.       Bersahabat
10.   Tidak pernah putus asa
11.   Tetap bersyukur atas apa yang dialami
12.   Menghargai orang lain
13.   Mau membantu
14.   Berhati baik
15.   Cerah ceria
16.   Tidak ragu/mempunyai keyakinan teguh
17.   Menjaga diri dari kehidupan duniawi
18.   Membagi-bagikan ilmu
19.   Menggunakan ilmu sebagai dasar melangkah dan perisai hidup
20.   Mempunyai visi dan misi untuk kehidupan


b.      Memahami potensi diri
Potensi adalah kemampuan, setiap orang mempunyai potensi di dalam dirinya dan umumnya berbeda, akan tetapi tidak semua orang menyadari potensi masing-masing. Kapanpun bagaimanapun dan sampai kapanpun, potensi itu akan terus ada karena bersifat laten, pada saat seseorang menyadari bahwa dirinya memiliki suatu potensi dan terus di asah agar optimal dan bermakna, maka kita akan lebih hebat dari sekarang.

Potensi merupakan salah satu pembeda antara satu dengan yang lain. Dalam potensi ada 1) kemampuan dasar seperti intelegensia; kemampuan abstraksi; logika dan daya tangkap. 2) sikap kerja seperti ketekunan; ketelitian; tempo kerja dan tahan terhadap stress. 3) kepribadian, yaitu pola menyeluruh dari semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang baik yang jasmaniah; mental; rohani; emosional maupun sosial yang semuanya telah ditata dalam cara yang khas di bawah aneka pengaruh dari luar.

Menurut para pakar, potensi diri hanya 10% ikut andil dalam kesuksesan seseorang, selebihnya adalah latihan dan kerja keras. Hal ini diartikan bahwa setiap orang mempunyai bakat/potensi, akan tetapi jika tidak dikenal; dipahami dan digali, maka semuanya tidak akan berguna. Dibutuhkan kekuatan; kemampuan dan kemauan untuk mengetahui dan memanfaatkan potensi yang ada untuk menjadikan hidup lebih baik.

Terdapat beberapa macam potensi diri, antara lain:
1.       Picture smart (kecerdasan spasial)
Kepekaan mempersepsikan apa yang dilihat, biasanya dimiliki seniman dan arsitek seperti Garin Nugroho, frida Kahlo, Affandi.
Cara mengembangkan kecerdasan ini diantaranya dengan bermain puzzle, rumah sesat, kubus rubik, mengumpulkan dan menyusun gambar-gambar dari majalah/koran, mengikuti klub/kursus menggambar/animasi, melajar menggambar dan fotografi, berimajinasi dengan gambar awan, mempelajari denah rumah dan kota.

2.       Music smart (kecerdasan musikal)
Kemampuan untuk menciptakan dan mengapresiasi irama, pola titi nada dan warna nada. Peka dan pandai dalam hal musik. Biasanya dimiliki oleh composer, pemusik dan penyanyi.
Cara mengembangkan kecerdasan ini adalah dengan mendengarkan musik secara teratur, bermain tebak suara, bergabung dengan paduan suara/klub vocal, belajar memainkan alat musik

3.       Body smart (kecerdasan kinestetik-jasmani)
Kemampuan mengontrol gerak tubuh dan mengelola objek. Pandai dalam keterampilan olah tubuh dan gerak. Dimiliki oleh atlet dan penari.
Cara mengembangkannya adalah dengan berolah raga teratur, mengukur panjang ruangan dengan kaki, bermain tebak benda dengan mata tertutup dan hanya menggunakan perabaan, meniti balok kesimbangan

4.       Logic smart (kecerdasan logis matematis)
Kepekaan memahami pola-pola logis atau numerik, pandai dalam sains dan matematika. Kecerdasan ini dimiliki oleh ilmuwan dan ahli matematika, fisika, kimia dan ilmu pengetahuan numerik/kuantitatif lainnya.
Cara mengembangkan potensi ini adalah dengan berlatihmenghitung dalam kegiatan sehari-hari, mengerjakan teka-teki angka/logika, mempelajari buku matematika yang menarik, bermain catur dll

5.       People smart (kecerdasan antar pribadi)
Kemampuan mencerna dan merespon secara tepat suasana hati, mebutuhan dan keinginan seseorang. Pandai memahami pikiran dan perasaan orang lain. Kemampuan ini dimiliki oleh psikolog, conselor, pemimpin politik
Cara mengembangkannya dalah dengan mengikuti kegiatan kelompok, menjadi anggota dan atau pengurus OSIS/organisasi lainnya, mengunjungi panti asuhan/panti jompo, mengamati peristiwa sosial seperti kejadian yang ada di jalan

6.       Self smart (kecerdasan intrapribadi)
Memahami perasaan sendiri dan kemampuan membedakan emosi, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri. Dimiliki oleh psikoterapis seperti sigmund freud.
Cara mengembangkannya dalah dengan memupuk rasa percaya diri, belajar mengenali kelebihan dan kekurangan diri, mengembangkan hobi yang menarik, belajar menulis jurnal atau buku harian secara teratur

7.       Nature smart (kecerdasan natural/alam)
Kepekaan dan kepandaian dalam mengamati alam. Dimilikioleh peneliti alam dan ahli biologi.
Cara mengembangkannya dalah denagn mengamati unsur alam di sekitar rumah, berkebun, memelihata binatang, menonton dan mendiskusikan acara tentang alam (discovery channel, animal’s planet), masuk club pecinta alam/club lingkungan, melakukan kegiatan di alam terbuka (berkemah, cross country, outbound, meneropong bintang, dll)

8.       Word smart (kecerdasan linguistik)
Merupakan kepekaan terhadap bunyi dan bahasa, pandai mengolah kata-kata. Dimiliki oleh penulis, orator seperti Ir. Soekarno, Martin Luther King, Shakespeare, Arswendo.
Cara mengambangkan kemampuan ini adalah dengan menyediakan waktu bercerita secara teratur dengan keluarga atau teman, melakukan permainan kata (mengisi TTS atau scrabble), mengunjungiperpustakaan dan membaca buku secar teratur

Selain itu secara umum potensi dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
1.       Natural potention
Termasuk di dalamnya adalah potensi fisik dan psikologis (IQ, EQ, SQ dan talent/bakat)
2.       Artificial potention
Termasuk di dalamnya adalah ilmu, pengalaman, budaya, nilai dan sebagainya

Untuk mengembangkan potensi, didahului dengan pemahaman atas potensi yang dimiliki dan ini dapat diketahui dengan mengukurnya. Tekhnik pengukuran potensi diri antara lain dengan:
1.       Pengukuran individual (self assessment)
Dengan pemeriksaan keadaan mental diri sendiri by W. Wundt, yaitu dengan mengetahui konsep diri, apakah menjadi pemenang dengan gambaran diri yang positif ataukah menjadi pecundang/kalah karena gambaran diri yang negatif.
Ciri konsep diri positif
·         Yakin terhadap kekuasaan Allah
·         Mampu mengatasi masalah
·         Menyadari adanya perbedaan
·         Mampu melihat kekurangan dan berusaha memperbaiki diri
·         Mampu tampil prima
·         Pengatahuan luas dalam bidanngnya
·         Peka terhadap kebutuhan orang lain
·         Memiliki harapan realistis
·         Penghargaan diri yang sehat
·         Menerima dan memberikan umpan balik secara efektif
Ciri konsep diri negatif
·         Tidak mau memberi dan menerima umpan balik
·         Kaku terhadap pendapat sendiri meskipun slah
·         Suka mengeluh, mencela atau meremehkan pihak lain
·         Tidak sanggup mengungkapkan penghargaan terhadap kelebihan orang lain
·         Pesimis terhadap kompetisi
·         Menghindari dialog terbuka
·         Tidak mau meningkatkan potensi dirinya

2.       Umpan balik (feedback)
Potensi diri dapat diukur dengan mendapatkan umpan balik dari orang lain, yaitu komunikasi yang ditujukan kepada seseorang atau kelompok yang memberikan informasi kepada yang ebrsangkutan tentang perilakunya agar membantu seseorang menelaah dan memperbaiki perilakunya untuk mencapai pengembangan potensi dirinya. Dalam memberikan umpan balik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: seseorang harus berniat ihlas dan siap ditolak, mau membuka diri dan belajar dari orang lain, perhatikan situasi dan kondisinya, perhatikan cara memberikan kritik, jangan di depan umum, hanya menyangkut perilakunya, bantu mengecek/megklarifikasi kepada orang lain dan jangan merasa berjasa

3.       Pengukuran potensi diri dengan instrumen tertentu

Langkah rencana pengembangan potensi diri
1.       Tentukan sasaran yang jelas
2.       Tentukan cara menilai keberhasilan
3.       Syukuri kemajuan walau hanya sedikit
4.       Berani mengambil resiko (berhasil atau gaal)
5.       Perkembangan diatur dan tergantung pada diri sendiri, bukan orang lain
6.       Manfaatkan setiap kesempatan yang ada
7.       Terbuka untuk belajar dari siapa saja
8.       Belajar dari kesalahan dan selalu bersikap realistis
9.       Gunakan konsep hambatans sebagai motivator dan memonitor kemajuan
10.   Jangan hanya berbicara, tetapi kerjakan

Hambatan dalam pengembangan potensi diri
·         Tidak memiliki tujuan hidup yang tergambar dengan jelas
·         kurang termotivasi untuk memobilisasi kemampuan yang ada pada dirinya
·         enggan untuk mengenali diri sendiri
·         tidak mau menerima umpan balik
·         tidak mau mengambil resiko
·         takut situasi baru
·         kurang keyakinan diri
·         sikap acuh tak acuh
·         jalan pikiran yang negatif
·         selalu mencari kambing hitam

pada praktiknya adalah bentuk hasil dari pengembangan potensi, hal ini dapat dilakukan dengan:
1.       Pembiasaan dalam bentuk kebiasaan
2.       Pola hidup teratur, terarah, produktif dan efisien
3.       Berpotret diri dan evaluasi secara jujur, bertahap dan terus menerus

c.       Peran pelajar
Tugas perkembangan ada dalam setiap tahap kehidupan tidak terkecuali bagi seorang pelajar yang notabene pelajar. Selain bertanggung jawab kepada diri sendiri, pelajar juga bertanggung jawab kepada Allah, orang tua dan lingkungannya. Berikut peran dan tugasnya:
1.       Menerima diri sendiri dan menggunakannya secara efektif
Seorang pelajar/remaja bisa belajar menerima diri sendiri, mulai dari bentuk tubuh; fungsi bahkan sampai kemampuannya. Dapat menggunakan apa yang ada secara efektif dan harus bisa menjaga; merawat dan mengembangkannya. Tidak melakukan perbuatan yang belum diperbolehkan karena akan menimbulkan dampak yang negatif, misalnya sex bebas atau yang mendekati sex bebas

2.       Dapat menjalin hubungan baik dan lebih matang
Pelajar/remaja diharapkan mampu menerima pertemanan atau persahabatan dengan siapapun disamping bisa memilih dan memilahnya. Selain itu diharapkan mampu menjaga dan memelihara hubungan yang sudah terjalin dengan baik. Apabila terdapat konflik dalam pertemanan atau persahabatan, maka mereka dapat menyelesaikannya dengan cara matang tidak dengan cara-cara agresif atau sebaliknya malah menajdi pasif, tetapi menyelesaikan dengan cara asertif dan berusaha mencari penyelesaian yang dapat menguntungkan semua pihak. Perilaku asertif adalah cara berperilaku dimana perasaan atau pandangan dingkapkan secara terus terang tanpa melukai perasaan atau merendahkan harga diri orang lain.

3.       Dapat menerima peran jenis kelamin
Belajar menerima diri sendiri sebagai seorang perempuan atau laki-laki dengan jenis kelaminnya

4.       Mencapai kemandirian secara emosional, baik terhadap orang tua; orang dewasa lain maupun lingkungan
Belajar menghargai perbedaan yang ada seperti perbedaan pendapat, mampu mengenali emosi dan menempatkannya secara tepat. Menerima apa yang ada tanpa perlu terlalu banyak bergantung pada orang tua

5.       Mempersiapkan karir dan kesuksesan
Untuk mempersiapkan karir diperoleh dengan menggali dan mengenali bakat; kemampuan dan minat yang dimiliki, dengan dan atau tanpa bantuan orang lain. Selain itu, dalam proses mempersiapkan karis ini pelajar diharuskan untuk banyak menggaliilmu, belajar dan menggunakan ilmu pengetahuannya untuk menentukan jalan hidupnya

6.       Mempersiapkan diri secara fisik dan psikis untuk bertanggung jawab dan mencapai masa depan yang lebih baik
Termasuk di dalamnya adalah mampu menjaga dan memelihara organ tubuh dan organ reproduksi dengan baik dan melakukan tindakan yang bertanggung jawab untuk mencapai masa depan

7.       Mengembangkan keahlian intelektual dalam hidup bermasyarakat
Pelajar diharapkan mampu mengembangkan keahlian yang dimiliki untuk mempersiapkan masa depan. Misalnya, jika pelajar ingin menjadi guru maka pelajar dapat memilih fakultas keguruan dan mengembangkan keahlian itu tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk berbakti kepada masyarakat dan mengabdi kepada Allah

8.       Mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
Pelajar diharapkan sudah mampu untuk ikut aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, menunjukkan perhatian pada masalah sosial yang terjadi, dapat berlaku sesuai dengan norma yang ada dan mampu beradaptasi dengan lingkungan

9.       Memiliki nilai-nilai yang digunakan sebagai pedoman hidup
Diharapkan sudah memiliki nilai-nilai yang akan digunakan dalam kehidupan. Misalnya tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah atau melakukan sesuatu yang mendekati perzinaan, tidak memakai obat-obatan terlarang, tidak melakukan perbuatan yang akan merugikan diri sendiri maupun orang lain, melakukan perusakan lingkungan serta diharapkan dapat menanamkan rasa cinta kasih sayang terhadap semua makhluk.