Periode kehidupan manusia secara garis besar ada 5 zaman, yaitu zaman azali; zaman rahmi; zaman fana; zaman barzah dan zaman akhir.
ZAMAN AZALI manusia masih berupa ruh dan saat itu jendela iman dan taqwa terbuka lebar, saat itu sudah ada dialog antara hamba dan Tuhannya. Ketika terjadi pertemuan antara sperma dan ovum maka manusia berada pada ZAMAN RAHMI, alam kandungan/rahim dengan proses panjang, mulai dari pembelahan morula blastula sampai berbentuk zygot dan menempel ke dinding rahim, lalu dia tumbuh seiring dengan perkembangan kehamilan. Dalam rahim, manusia sudah melakukan perjanjian kepada Allah, mengakui bahwa Allah adalah Tuhannya. Waktu yang telah ditentukan sudah tiba, dan lahirlah manusia, hamba Allah akan masuk ke ZAMAN FANA, alam dunia yang akan ditentukan oleh orang tua dan lingkungan, di zaman inilah terbuka dan tertutupnya jendela kesempurnaan manusia. Ternyata kehidupan itu tidak langgeng, ketika nyawa itu telah tercabut maka masuklah manusia pada ZAMAN BARZAH, alam kematian, batas kehidupan dan awal kekekalan hidup, di sana kita sendiri, akan didatangi segala hewan dan jasad renik yang dengan sigap akan memakan setiap inci tubuh kita tanpa kita bisa menolaknya, dan setelah langkah ke-7 orang terakhir yang meninggalkan kubur, saat itulah malaikat akan memproses kita, sampai tibalah ZAMAN AKHIR. Zaman adanya pertanggung jawaban kita ke Allah, adanya surga-neraka dengan segala yang ada di dalamnya.
Saat ini kita berfokus pada proses menuju zaman barzah, yaitu MAUT, MATI dan KEMATIAN.
Berdasarkan sudut pandang definisi, kematian dapat dibedakan dalam beberapa definisi, yaitu KEMATIAN BIOLOGIS, matinya jaringan tubuh, mulai dari jaringan tertipis membran sampai dengan jaringan yang lebih kompleks, pada kondisi ini ruh manusia masih ada. KEMATIAN OTAK, otak adalah pusat syaraf dengan kekurangannya, ketika ada syaraf yang rusak maka tidak akan dapat pulih lagi, inilah disebut kematian otak. Lalu bagaimana dengan kematian yang sering kita temukan? itu termasuk KEMATIAN KLINIK, yaitu kematian orang tersebut, sudah tidak adanya ruh dalam jasad. Ketika menuju sudut pandang lain, akan kita temukan KEMATIAN HATI, KEMATIAN IMAN, dll.
Terdapat beberapa pendapat tentang kematian, dan ini dipengaruhi oleh perubahan zaman. Zaman dulu mati dianggap sebagai kondisi tragis dan memilukan, tabu dibicarakan, menimbulkan sindroma kesedihan dan ketakutan baik bagi orang dewasa maupun anak-anak, sehingga anak-anak tidak perlu tahu tentang kematian itu. Juga dianggap sebagai hal yang selamanya tidak disukai, biasanya timbul karena perilaku buruk; pertengkaran; pembalasan dan hukuman dan harus disertai dengan "niyahah" - menangis dengan penuh emosi dan menyakiti diri serta mungkin orang lain.
Seiring dengan perkembangan zaman, pemahaman itu bergeser menjadi kematian/mati adalah hal yang patut dan layak dibicarakan karena merupakan proses alami kehidupan, tidak menakutkan, lebih rasional dan bijak dalam menghadapi dan merupakan sesuatu yang harus dihadapi, tidak mungkin tidak.
Lalu bagaimana kita harus bersikap?
Sebagai orang yang beriman kita patutnya menyadari dan meyakini bahwa setiap orang dan makhluk yang ada di bumi ini akan mati, kapan dimana dan bagaimana saja. Walau memang Allah memberikan rasa takut pada setiap manusia, tak terkecuali pada mati, tapi kita tidak perlu takut akan mati karena itu pasti akan datang. Ketakutan yang ada perlu diarahkan kepada apa yang akan kita jadikan bekal dan setelah mati kita ke mana?
"Katakanlah (hai Muhammad), sesungguhnya kamu semua lari/takut akan kematian, padahal sesungguhnya kematian itu pasti datang", juga dalam syair "jika kematian telah mencengkeramkan kuku-kukunya, maka semua jimat atau segala yang manjur tidak akan bermanfaat". Artinya, mati itu pasti datang, janganlah takut, tidak perlu juga melakukan segala daya dan upaya untuk menolak "karcis" menempati alam kubur jika sudah diberikan karcis itu secara gratis. Yang perlu dilakukan adalah berjuang, untuk mendapatkan bekal yang banyak.
Bagaimana kita menyikapinya ketika suatu penyakit itu datang dan kematian semakin dekat?
BERSABARLAH, penyakit datang bukan merupakan azab tetapi sebagai modal untuk mendapatkan berkah karena dosa kita akan dihapus dengan sakit itu.
BERUSAHALAH DENGAN SEPENUH HATI, tetaplah berikhtiar sampai tetes darah penghabisan, karena kesembuhan itu wajib dicari, bukan berdiam diri.
BESARKAN PENGHARAPAN DARIPADA RASA TAKUT, Allah tidak akan berhenti memberikan kasih sayang dan nikmat-Nya, maka sepatutnyalah pengharapan itu ada. Walaupun sakit, besarkan pengharapan akan kesembuhan, yakinlah bahwa Allah akan memberikan kesembuhan dan nikmat di balik ini semua.
TETAP BERBAIK SANGKA (HUSNUDZON), dengan tetap berbaik sangka, mengingat Rahmat Allah, maka ada perubahan pada beban psikologis sang sakit pun juga keluarga. Berbaik sangka akan meningkatkan kekuatan, percayalah!
Bagi keluarga yang menunggu,
Teruslah mendampingi, sebab iblis sedang giat-giatnya menggoda.
Berikan dukungan fisik psikologis dan spiritual, ajaklah selalu mengingat Allah dengan sholat; berdoa; berdzikir
Jangan membelokkan sang sakit pada kondisi keterpurukan, sebab iblis suka membelokkan.
Jika mendekati mati, tetaplah berada di sisinya, talqin dia, tuntun untuk mengucapkan kalimat thoyyibah, 1 kata saja tidak perlu panjang dan banyak karena dihawatirkan akan terputus dan salah makna, contoh Laa ilaaha illa Allah - - karena kelemahan fisik atau ternyata sudah tercabut nyawa dan ternyata tepat pada kalimat Laa ilaaha saja, maka artinya adalah tidak ada Tuhan, ini akan sangat berbahaya. Maka tuntun 1 kata saja atau dzikir sederhana, atau gerakan tangan mengikuti arahan keluarga.
Bagi perawat,
Perawat muslim mempunyai kewajiban, segala gerak-geriknya dianjurkan untuk ibadah. Menjalankan tugas merupakan suatu ibadah, oleh karena itu jadilah muslim yang benar dan baik, lakukan pemantauan kondisi sesuai prosedur, jangan ditinggal dan dianggap karena suatu proses biasa maka perawat hanya kongkow-kongkow di nurse station sambil ngobrol dan menunggu kapan tiba waktu kematian itu... sangat tidak benar dan tidak baik, dari sudut pandang manapun. Jadilah tim yang baik untuk memberikan dan mensejahterakan pasien hingga akhir hayatnya, menghadapi kematian dengan bahagia.
Wallaahu a'lam bishshowaab
ZAMAN AZALI manusia masih berupa ruh dan saat itu jendela iman dan taqwa terbuka lebar, saat itu sudah ada dialog antara hamba dan Tuhannya. Ketika terjadi pertemuan antara sperma dan ovum maka manusia berada pada ZAMAN RAHMI, alam kandungan/rahim dengan proses panjang, mulai dari pembelahan morula blastula sampai berbentuk zygot dan menempel ke dinding rahim, lalu dia tumbuh seiring dengan perkembangan kehamilan. Dalam rahim, manusia sudah melakukan perjanjian kepada Allah, mengakui bahwa Allah adalah Tuhannya. Waktu yang telah ditentukan sudah tiba, dan lahirlah manusia, hamba Allah akan masuk ke ZAMAN FANA, alam dunia yang akan ditentukan oleh orang tua dan lingkungan, di zaman inilah terbuka dan tertutupnya jendela kesempurnaan manusia. Ternyata kehidupan itu tidak langgeng, ketika nyawa itu telah tercabut maka masuklah manusia pada ZAMAN BARZAH, alam kematian, batas kehidupan dan awal kekekalan hidup, di sana kita sendiri, akan didatangi segala hewan dan jasad renik yang dengan sigap akan memakan setiap inci tubuh kita tanpa kita bisa menolaknya, dan setelah langkah ke-7 orang terakhir yang meninggalkan kubur, saat itulah malaikat akan memproses kita, sampai tibalah ZAMAN AKHIR. Zaman adanya pertanggung jawaban kita ke Allah, adanya surga-neraka dengan segala yang ada di dalamnya.
Saat ini kita berfokus pada proses menuju zaman barzah, yaitu MAUT, MATI dan KEMATIAN.
Berdasarkan sudut pandang definisi, kematian dapat dibedakan dalam beberapa definisi, yaitu KEMATIAN BIOLOGIS, matinya jaringan tubuh, mulai dari jaringan tertipis membran sampai dengan jaringan yang lebih kompleks, pada kondisi ini ruh manusia masih ada. KEMATIAN OTAK, otak adalah pusat syaraf dengan kekurangannya, ketika ada syaraf yang rusak maka tidak akan dapat pulih lagi, inilah disebut kematian otak. Lalu bagaimana dengan kematian yang sering kita temukan? itu termasuk KEMATIAN KLINIK, yaitu kematian orang tersebut, sudah tidak adanya ruh dalam jasad. Ketika menuju sudut pandang lain, akan kita temukan KEMATIAN HATI, KEMATIAN IMAN, dll.
Terdapat beberapa pendapat tentang kematian, dan ini dipengaruhi oleh perubahan zaman. Zaman dulu mati dianggap sebagai kondisi tragis dan memilukan, tabu dibicarakan, menimbulkan sindroma kesedihan dan ketakutan baik bagi orang dewasa maupun anak-anak, sehingga anak-anak tidak perlu tahu tentang kematian itu. Juga dianggap sebagai hal yang selamanya tidak disukai, biasanya timbul karena perilaku buruk; pertengkaran; pembalasan dan hukuman dan harus disertai dengan "niyahah" - menangis dengan penuh emosi dan menyakiti diri serta mungkin orang lain.
Seiring dengan perkembangan zaman, pemahaman itu bergeser menjadi kematian/mati adalah hal yang patut dan layak dibicarakan karena merupakan proses alami kehidupan, tidak menakutkan, lebih rasional dan bijak dalam menghadapi dan merupakan sesuatu yang harus dihadapi, tidak mungkin tidak.
Lalu bagaimana kita harus bersikap?
Sebagai orang yang beriman kita patutnya menyadari dan meyakini bahwa setiap orang dan makhluk yang ada di bumi ini akan mati, kapan dimana dan bagaimana saja. Walau memang Allah memberikan rasa takut pada setiap manusia, tak terkecuali pada mati, tapi kita tidak perlu takut akan mati karena itu pasti akan datang. Ketakutan yang ada perlu diarahkan kepada apa yang akan kita jadikan bekal dan setelah mati kita ke mana?
"Katakanlah (hai Muhammad), sesungguhnya kamu semua lari/takut akan kematian, padahal sesungguhnya kematian itu pasti datang", juga dalam syair "jika kematian telah mencengkeramkan kuku-kukunya, maka semua jimat atau segala yang manjur tidak akan bermanfaat". Artinya, mati itu pasti datang, janganlah takut, tidak perlu juga melakukan segala daya dan upaya untuk menolak "karcis" menempati alam kubur jika sudah diberikan karcis itu secara gratis. Yang perlu dilakukan adalah berjuang, untuk mendapatkan bekal yang banyak.
Bagaimana kita menyikapinya ketika suatu penyakit itu datang dan kematian semakin dekat?
BERSABARLAH, penyakit datang bukan merupakan azab tetapi sebagai modal untuk mendapatkan berkah karena dosa kita akan dihapus dengan sakit itu.
BERUSAHALAH DENGAN SEPENUH HATI, tetaplah berikhtiar sampai tetes darah penghabisan, karena kesembuhan itu wajib dicari, bukan berdiam diri.
BESARKAN PENGHARAPAN DARIPADA RASA TAKUT, Allah tidak akan berhenti memberikan kasih sayang dan nikmat-Nya, maka sepatutnyalah pengharapan itu ada. Walaupun sakit, besarkan pengharapan akan kesembuhan, yakinlah bahwa Allah akan memberikan kesembuhan dan nikmat di balik ini semua.
TETAP BERBAIK SANGKA (HUSNUDZON), dengan tetap berbaik sangka, mengingat Rahmat Allah, maka ada perubahan pada beban psikologis sang sakit pun juga keluarga. Berbaik sangka akan meningkatkan kekuatan, percayalah!
Bagi keluarga yang menunggu,
Teruslah mendampingi, sebab iblis sedang giat-giatnya menggoda.
Berikan dukungan fisik psikologis dan spiritual, ajaklah selalu mengingat Allah dengan sholat; berdoa; berdzikir
Jangan membelokkan sang sakit pada kondisi keterpurukan, sebab iblis suka membelokkan.
Jika mendekati mati, tetaplah berada di sisinya, talqin dia, tuntun untuk mengucapkan kalimat thoyyibah, 1 kata saja tidak perlu panjang dan banyak karena dihawatirkan akan terputus dan salah makna, contoh Laa ilaaha illa Allah - - karena kelemahan fisik atau ternyata sudah tercabut nyawa dan ternyata tepat pada kalimat Laa ilaaha saja, maka artinya adalah tidak ada Tuhan, ini akan sangat berbahaya. Maka tuntun 1 kata saja atau dzikir sederhana, atau gerakan tangan mengikuti arahan keluarga.
Bagi perawat,
Perawat muslim mempunyai kewajiban, segala gerak-geriknya dianjurkan untuk ibadah. Menjalankan tugas merupakan suatu ibadah, oleh karena itu jadilah muslim yang benar dan baik, lakukan pemantauan kondisi sesuai prosedur, jangan ditinggal dan dianggap karena suatu proses biasa maka perawat hanya kongkow-kongkow di nurse station sambil ngobrol dan menunggu kapan tiba waktu kematian itu... sangat tidak benar dan tidak baik, dari sudut pandang manapun. Jadilah tim yang baik untuk memberikan dan mensejahterakan pasien hingga akhir hayatnya, menghadapi kematian dengan bahagia.
Wallaahu a'lam bishshowaab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar