Senin, 28 Februari 2011

MAUT - DEATH and DYING

Periode kehidupan manusia secara garis besar ada 5 zaman, yaitu zaman azali; zaman rahmi; zaman fana; zaman barzah dan zaman akhir.
ZAMAN AZALI manusia masih berupa ruh dan saat itu jendela iman dan taqwa terbuka lebar, saat itu sudah ada dialog antara hamba dan Tuhannya. Ketika terjadi pertemuan antara sperma dan ovum maka manusia berada pada ZAMAN RAHMI, alam kandungan/rahim dengan proses panjang, mulai dari pembelahan morula blastula sampai berbentuk zygot dan menempel ke dinding rahim, lalu dia tumbuh seiring dengan perkembangan kehamilan. Dalam rahim, manusia sudah melakukan perjanjian kepada Allah, mengakui bahwa Allah adalah Tuhannya. Waktu yang telah ditentukan sudah tiba, dan lahirlah manusia, hamba Allah akan masuk ke ZAMAN FANA, alam dunia yang akan ditentukan oleh orang tua dan lingkungan, di zaman inilah terbuka dan tertutupnya jendela kesempurnaan manusia. Ternyata kehidupan itu tidak langgeng, ketika nyawa itu telah tercabut maka masuklah manusia pada ZAMAN BARZAH, alam kematian, batas kehidupan dan awal kekekalan hidup, di sana kita sendiri, akan didatangi segala hewan dan jasad renik yang dengan sigap akan memakan setiap inci tubuh kita tanpa kita bisa menolaknya, dan setelah langkah ke-7 orang terakhir yang meninggalkan kubur, saat itulah malaikat akan memproses kita, sampai tibalah ZAMAN AKHIR. Zaman adanya pertanggung jawaban kita ke Allah, adanya surga-neraka dengan segala yang ada di dalamnya.

Saat ini kita berfokus pada proses menuju zaman barzah, yaitu MAUT, MATI dan KEMATIAN.
Berdasarkan sudut pandang definisi, kematian dapat dibedakan dalam beberapa definisi, yaitu KEMATIAN BIOLOGIS, matinya jaringan tubuh, mulai dari jaringan tertipis membran sampai dengan jaringan yang lebih kompleks, pada kondisi ini ruh manusia masih ada. KEMATIAN OTAK, otak adalah pusat syaraf dengan kekurangannya, ketika ada syaraf yang rusak maka tidak akan dapat pulih lagi, inilah disebut kematian otak. Lalu bagaimana dengan kematian yang sering kita temukan? itu termasuk KEMATIAN KLINIK, yaitu kematian orang tersebut, sudah tidak adanya ruh dalam jasad. Ketika menuju sudut pandang lain, akan kita temukan KEMATIAN HATI, KEMATIAN IMAN, dll.

Terdapat beberapa pendapat tentang kematian, dan ini dipengaruhi oleh perubahan zaman. Zaman dulu mati dianggap sebagai kondisi tragis dan memilukan, tabu dibicarakan, menimbulkan sindroma kesedihan dan ketakutan baik bagi orang dewasa maupun anak-anak, sehingga anak-anak tidak perlu tahu tentang kematian itu. Juga dianggap sebagai hal yang selamanya tidak disukai, biasanya timbul karena perilaku buruk; pertengkaran; pembalasan dan hukuman dan harus disertai dengan "niyahah" - menangis dengan penuh emosi dan menyakiti diri serta mungkin orang lain.

Seiring dengan perkembangan zaman, pemahaman itu bergeser menjadi kematian/mati adalah hal yang patut dan layak dibicarakan karena merupakan proses alami kehidupan, tidak menakutkan, lebih rasional dan bijak dalam menghadapi dan merupakan sesuatu yang harus dihadapi, tidak mungkin tidak.

Lalu bagaimana kita harus bersikap?
Sebagai orang yang beriman kita patutnya menyadari dan meyakini bahwa setiap orang dan makhluk yang ada di bumi ini akan mati, kapan dimana dan bagaimana saja. Walau memang Allah memberikan rasa takut pada setiap manusia, tak terkecuali pada mati, tapi kita tidak perlu takut akan mati karena itu pasti akan datang. Ketakutan yang ada perlu diarahkan kepada apa yang akan kita jadikan bekal dan setelah mati kita ke mana?
"Katakanlah (hai Muhammad), sesungguhnya kamu semua lari/takut akan kematian, padahal sesungguhnya kematian itu pasti datang", juga dalam syair "jika kematian telah mencengkeramkan kuku-kukunya, maka semua jimat atau segala yang manjur tidak akan bermanfaat". Artinya, mati itu pasti datang, janganlah takut, tidak perlu juga melakukan segala daya dan upaya untuk menolak "karcis" menempati alam kubur jika sudah diberikan karcis itu secara gratis. Yang perlu dilakukan adalah berjuang, untuk mendapatkan bekal yang banyak.

Bagaimana kita menyikapinya ketika suatu penyakit itu datang dan kematian semakin dekat?
BERSABARLAH, penyakit datang bukan merupakan azab tetapi sebagai modal untuk mendapatkan berkah karena dosa kita akan dihapus dengan sakit itu.
BERUSAHALAH DENGAN SEPENUH HATI, tetaplah berikhtiar sampai tetes darah penghabisan, karena kesembuhan itu wajib dicari, bukan berdiam diri.
BESARKAN PENGHARAPAN DARIPADA RASA TAKUT, Allah tidak akan berhenti memberikan kasih sayang dan nikmat-Nya, maka sepatutnyalah pengharapan itu ada. Walaupun sakit, besarkan pengharapan akan kesembuhan, yakinlah bahwa Allah akan memberikan kesembuhan dan nikmat di balik ini semua.
TETAP BERBAIK SANGKA (HUSNUDZON), dengan tetap berbaik sangka, mengingat Rahmat Allah, maka ada perubahan pada beban psikologis sang sakit pun juga keluarga. Berbaik sangka akan meningkatkan kekuatan, percayalah!

Bagi keluarga yang menunggu,
Teruslah mendampingi, sebab iblis sedang giat-giatnya menggoda.
Berikan dukungan fisik psikologis dan spiritual, ajaklah selalu mengingat Allah dengan sholat; berdoa; berdzikir
Jangan membelokkan sang sakit pada kondisi keterpurukan, sebab iblis suka membelokkan.
Jika mendekati mati, tetaplah berada di sisinya, talqin dia, tuntun untuk mengucapkan kalimat thoyyibah, 1 kata saja tidak perlu panjang dan banyak karena dihawatirkan akan terputus dan salah makna, contoh Laa ilaaha illa Allah - - karena kelemahan fisik atau ternyata sudah tercabut nyawa dan ternyata tepat pada kalimat Laa ilaaha saja, maka artinya adalah tidak ada Tuhan, ini akan sangat berbahaya. Maka tuntun 1 kata saja atau dzikir sederhana, atau gerakan tangan mengikuti arahan keluarga.

Bagi perawat,
Perawat muslim mempunyai kewajiban, segala gerak-geriknya dianjurkan untuk ibadah. Menjalankan tugas merupakan suatu ibadah, oleh karena itu jadilah muslim yang benar dan baik, lakukan pemantauan kondisi sesuai prosedur, jangan ditinggal dan dianggap karena suatu proses biasa maka perawat hanya kongkow-kongkow di nurse station sambil ngobrol dan menunggu kapan tiba waktu kematian itu... sangat tidak benar dan tidak baik, dari sudut pandang manapun. Jadilah tim yang baik untuk memberikan dan mensejahterakan pasien hingga akhir hayatnya, menghadapi kematian dengan bahagia.

Wallaahu a'lam bishshowaab

Kamis, 10 Februari 2011

Antara Kerikil dan Berlian


Ketika ada yang tanya
Mana yang kau pilih
Berlian ataukah kerikil?

Intan berlian
Batu permata
Berasal dari zat arang tulen
Dari tumbuhan, makhluk hdup
Bebatuan juga kerikil
Yang tersimpan dalam bumi
Dengan tekanan dan temperatur tinggi
Bermilyar-milyar tahun
Didapatkan dengan susah payah
Dengan keindahan yang begitu rupa
Sehingga... mahallah harganya
Dan banyak yang memilihnya

Sedangkan kerikil
Hanyalah bebatuan kecil
Pecahan dari batu besar
Yang mudah didapatkan
Sekalu di bawah dan berserakan
Dan terkadang sebagai sandungan
Bukan sandingan
Sehingga tidak salah jarang ada yang memilihnya
Dibanding intan berlian

Dan...
Ketika kau ditanya
Memilih jadi apa
Berlian atau kerikil?
Sangat diyakinkan banyak yang memilih berlian

wahai batu berlian
indah kau dipandang
mahal kau dibeli
sulit kau didapat
dari kumpulan pasir
kerikil dan tumpukan fosil
begitu dalamnya dirimu
hingga kau terkadang lupa asalmu
tak lagi mengingat siapa pasir
siapa kerikil dan fosil

wahai batu berlian
bukan indah yang diindahkan
bukan mahal yang dihargakan
bukan pula cemerlang yang dipamerkan
tapi pemanfaatan dan kemanfaatan
untuk apa dan untuk siapa
segelintir orang atau seisi dunia

wahai batu berlian
menjadi pasir dan kerikil
suatu kebanggaan dan kehormatan
pasir dan kerikil
ada dalam beton
kokoh dan mengkokohkan
bukan batu berlian

wahai batu berlian
sandungan atau sandaran
hanya berbeda pada posisi
tersandung oleh kaki
disandar oleh bahu
namun terkadang yang disandung
akan menjadi sandaran
dan yang disandar
akan jatuh tersungkur menjadi sandungan
jika LUPA

Main hati

Tubuhmu begitu sintal
Kulitmu kuning langsat
Siluet indah bagai guitar
dan... Bibirmu merah basah merona
Membuatku ingin menggigitnya sambil mndesah
Walau kau tak lagi sendiri
Tapi pesonamu tak bisa kuhindari
Hingga diriku yang sudah berpunya
Tak kuasa mnahan diri ingin menjamahmu
Ingin merasakan indahnya bertemu denganmu
Rasakan lembut tatapmu
dan... Hangat manis bibirmu
Dalam gigitku
Dalam desahmu
Aku masih saja tertarik untuk menggodamu
Hingga sedemikian kuupayakan tuk itu
Ketika sendiri, ketika sepi, kutanya apa kabarmu
Adakah seseorang di sampingmu
Yang kan nanti mengusik canda kita
... Gayung bersambut, kau sedang sendiri
dan akupun lupa dengan yang mencintaiku
menyayangiku, mengasihiku
aku lupa dengan yg terdiam membisu
menunggu datangnya diriku, malam itu
Hanya suka kurasakan brsamamu
Bersama tawaranku, & tawaranmu
dan kau menawarkan padaku
bertemu denganku, dan yang lain
siapa yang menyamankanmu
menyenangkanmu dan... membuaimu
Ika, Terry, Yeny, Desy, Yessy atau Renny?
...Ach, tawaran yang menggiurkan
Bolehkah memilih... Renny dech
Betapa... Betapa... itu yang terfikir
dan... sekali lagi, aku lupa telah berdua
lalu datanglah tawaran yang lain
dari si hitam manis sexy
untuk bertemu jua
ditolak? tak mungkinlah
hingga kuatur kapan bertemu
.kusesuaikan jadualmu dan jadualku
pun juga jadual dengan yang di rumah
tak mungkin kubentrokkan
pun juga kan menimbulkan curiga
semua agar aman, atas nama ikatan
dan akhirnya... di mana tempatmu
aku akan datang menemuimu
membawa senyum indah untukmu
senyum semu, palsu
sekali lagi, saat itu ak tak ingat kalau aku sdh brdua
betapa manisnya sapaanmu tlh membuaiku
walau hya skedar manis dibibir
namun indah di hatiku
walau kubrtanya.. keindahn mcm apa yg kuinginkn
.kebahagiaan apa lagi yg kucari dr mereka
sedangkn dia yg dirumah mnungguku
dengan ketulusn hati & jiwanya
penuh pengabdian & ketulusn
ach... tapi dia menyakitiku
dia tak m'bahagiakanku
menginjak harga diriku
sebagai laki-laki
begitulah rayuan maut rumput
rumput tetangga begitu hijaunya
terasa sejuk dan menyejukkan
dan rumput hitampun ingin dirapikan
menggairahkan bangkitkan birahi
sedangkan rumput ilalang di rumah
tak pernah tersentuh atau dibiarkan
padahal ilalang begitu indah
eksotik dan natural
apakah akan terus terpikat rumput tetangga
sedang yang suka rumput bukan manusia? hehehe

Peramai Hati

Sangat memahami dan menyadari kenapa sampai saat ini tanpa sang peramai hati. Dengan meminjam istilah teman, masih menjadi produser stressor, sehingga Allah masih menjaga jangan sampai lahir nyawa yang nanti akan melarikan diri karena ketidaktentraman.
Bertemu, menikah, mengikat janji sehidup semati, saling mendukung menghargai dan mencintai, dalam suka maupun duka, dalam kelapangan maupun kesempitan
Menikah adalah ibadah, salah satu tujuannya adalah mendapatkan keturunan yang sholih-sholihah. Namun ternyata tidak semua pasangan mendapatkan karunia itu
Berbagai upaya telah dilakukan, namun ternyata semua masih nihil. Berkecamuk dada, antara sedih, sesal, kecewa dan segudang tanya. Ada apa dengan diriku, dirinya, kenapa tak kunjung jua kau datangkan peramai hati?
Hingga sesal kemudian mendera, syakwasangka mengemuka, kecamuk emosi tak mampu terbendung dalam bentangan pilar ihlas dan sabar yang masih hanya dibibir. Sampai suatu saat berada pada titik nadir
Entah menjadi suatu titik keihlasan, kepasrahan atau keputusasaan. Dalam diam bertanya dan menyalahkan, kebosananan dan air mata kian mendera, hingga ankhirnya tak ada lagi harap yang bermakna
Terkadang muncul pembandingan, kenapa hanya mereka yang mendapatkan, enggan berkumpul dengan para wanita yang dengan cerah ceria bermain dengan anak-anaknya, menghindari pembicaraan tentang keturunan dan bahkan menghilang dari kerumunan orang banyak hanya sekedar tidak mau mendengarkan celoteh tanya tentang anak
Mencoba tersenyum dengan cemoohan, menjawab setiap tanya dengan kesabaran dan memberikan kelembutan dikala dibandingkan, di tengah halayak. Begitu banyak yang mengatakan "kau kalah, kau bodoh, kau tidak bisa, lalu apa saja yang kau lakukan selama ini, kalau memang tidak bisa bilang saja ke aku" dan segudang kalimat yang memekakkan telinga.
Semua itu hanyalah angin lalu kawan, sebagai bentuk perhatian dan penyemangat yang tak pernah padam. Ketika masih terbelenggu emosi dan berada pada titik nadir, akal sehat dan keihlasan terkadang sirna, namun sebenarnya ada hikmah di balik itu
Allah menentukan segala sesuatu sudah pada porsinya, sebagaimana anak kecil dan orang dewasa, porsi makan tidak akan sama, begitu juga ketika Allah memberikan amanah anak pada satu pasangan.
Anak adalah amanah besar, mulai dari pembuatan; pembentukan sampai dengan lahir dan seterusnya terdapat tanggung jawab yang sangat besar untuk mengantarkannya menjadi hamba Allah yang sholih dan ini mengandung konsekwensi besar
Besarnya konsekwensi ini harus diimbangi dengan kestabilan orang tua, ini yang terkadang dilupakan oleh pasangan. Meminjam istilah kawan, ketika rumah tangga masih sebagai produser stressor, maka otomatis stabilitas kejiwaan dan kematuran pasangan masih perlu ditata, lalu ketika kondisi ini masih mengemuka, bagaimana sang anak akan bisa dilahirkan dengan sempurna?
Ini bukti bahwa Allah sangat cinta sayang dan penuh kasih, Allah yang tahu segala yang terbaik untuk kita. Ukuran terbaik bkn pada batasan manusia karena tidak akan bisa sama, ukurannya adalah ketentuan Allah. Ketika dipaksakn untuk mendapatkan keturunan dengan hati yang tidak tertata, maka beban akan banyak ditanggung, dan Allah tidak mau itu terjadi, Allah sangat sayang kepada kita, Allah mengurangi dosa kita jika seandainya nanti lahir anak tapi ternyata tidak dapat menjaga amanah itu dengan baik
Kenikmatan yang Allah berikan juga tiada tara, bukan saja anak saudara-saudaraku. Nikmat kebersamaan, kemesraan, keindahan, celoteh keponakan dan perhatian dari teman sahabat dan segudang nikmat lain yang terkadang kita lupakan. Pernahkah kita mencoba melihat pasangan yang mempunyai anak, nikmat apa yang ternyata kita miliki tetapi tidak dimilikinya??? Maka percayalah semua itu sudah diatur Allah
Ada pasangan yang ingin menggapai pendidikan setinggi langit, tapi karena terbentur anak maka keinginan itu tertunda. Ada pasangan yang belum mendapatkan anak tapi bisa menggapai pendidikan tinggi dengan mulusnya... itulah salah satu nikmat Allah. Bukti perimbangan dan kesesuaian yang diberikan Allah. Pada dasarnya nikmat itu sama, kebahagiaan itu sama, hanya saja jenisnya yang berbeda,dan sekali lagi, semua itu disesuaikan dengan porsinya
Maka, sekarang ini bukan lagi saatnya untuk mengurung diri bermuram durja dan mendramakan diri dan hati serta bertanya mengapa dan mengapa... tapi tegakkan badan; kuatkan pijakan; luruskan pandangan; mantapkan dan kukuhkan hati untuk menatap masa depan.. berbaik sangkalah bahwa semua sudah diatur kapan waktu yang tepat untuk mendapatkannya, dan jika sampai ajal menjemput karunia itu belum jua datang, yakinlah bahwa kelak akan ada nikmat yang lebih indah di surga, amin

Marah itu indah

Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya saja diantarkan dalam muatan emosi. Kalau tahu etikanya, dalam bertengkar pun kita bisa mereguk hikmah. Betapa tidak, justru dalam pertengkaran, setiap kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam, yang mencuat dengan desakan energi yang tinggi, pesan-pesannya terasa kental, lebih mudah dicerna ketimbang basa-basi tanpa emosi.

Memang iya, ketika bertengkar, saat itulah kita tahu apa yg sebenarnya ada di hati masing2, betapa perasaan terdalam sedang terungkapkan... dan sebenarnya yg perlu dicerna adalah esensinya, bukan emosinya...

Jika bertengkar dengan suami/istri, sebenarnya saat itu masing2 saling mengungkapkan rasa cinta kasihnya, rasa kepemilikan dan perhatian... tanpa bertengkar, maka tidak akan mungkin merasakan indahnya kebersamaan... ini bukan berarti mengharuskan bertengkar, tetapi beda pendapat itu pasti ada, dan ketika emosi dikedepankan, saat itulah pertengkaran terjadi.

Yang lebih penting adalah cara menghadapinya... dan percayalah... setelah itu sangatlah indah

So, ketika akan menikah, cobalah untuk memikirkan dan merancang masa depan kehidupan berumah tangga. Satu hal yang jangan sampai terlupa adalah, merumuskan apa yang harus dilakukan jika bertengkar..

Kalau bertengkar tidak boleh berjamaah. Cukup seorang saja yang marah marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai yang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjamaah. Seorangpun sudah cukup membuat rumah jadi meriah. Ketika Anda marah dan dia mau menyela, segera Anda katakan, "STOP! ini giliran saya!"

giliran dia yang marah, jangan ikut ambil bagian. Katakan dalam hati, "Guh kekasih, bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, maka dipadang kelegaan perasaanmu itu aku menunggu...."

contoh begini Kalau saya terlambat pulang dan ia marah, maka kemarahan atas keterlambatan itu sekeras apa pun kecamannya, adalah "ungkapan rindu yang keras".

selama ada cinta, bertengkar hanyalah "proses belajar untuk mencintai lebih intens" ternyata ada yang masih setia dengan kita walau telah kita maki-maki.

Kalau marah jangan lebih dari satu waktu shalat! Pada setiap tahiyyat kita berkata, "Assalaa-mu 'alaynaa wa 'alaa'ibaadilahissholiihiin," Ya Allah damai atas kami, demikian juga atas hamba hambamu yg sholeh.

Makanya wahai suami, jika istri sedang ingin melatih otot2 mulut dan wajahnya, sedang ingin meluapkan hasrat olah raga mulut, maka diam sjalah, berikan kesempatan istri untuk mengungkapkan kata hatinya, jadilah pendengar yg baik. Simaklah dengan seksama dan jangan dipotong atau disela, biarkan tuntas semua apa yg ingin disampaikan, karena itu bentuk penghargaan suami terhadap sesama manusia yg berhak menyampaikan pendapat, langsung umum bebas tapi rahasia... di rumah saja, gk perlu dibawa ke luar... setelah mendengar, maka carilah solusi yg baik untuk meredakan hati sang istri, jangan ditinggal tidur atau ditinggal pergi, karena istri malah semakin marah. Dengan menjadi pendengar yg baik, maka sebenarnya akan memberikan kesempatan dan peluang kepada istri untuk dapat hidup lebih lama bersama mendampingimu, karena ketika si istri didengar kata2nya, maka dia akan percaya bahwa suaminya adalah orang terbaik yg bisa menghargainya... dan semakin cintalah sang istri, dan akhirnya akan semakin lama mendampingi suami dengan sepenuh hati.... dan jangan lupa, mintalah maaf kepada istri, karena hanya dengan itu aja, istri akan luluh hatinya

Wahai para istri, jika suamimu marah, janganlah menimpali dengan kata2 kasar atau menyela sekalipun, diamlah, dengarkan, berikan kesempatan berbicara sebagaimana suamimu memberikan kesempatan pada dirimu... setelah itu, lakukan apa yg dikata baik... sediakan air minum hangat, ajak duduk, bawakan minuman itu ke suami dan suruhlah minum... setelah itu usap dan cium keningnya, peluk dia, mintalah maaf padanya, bisikkan di telinganya dengan lembut... dipijitin juga tambah enak

Tambahan kalau marah, jangan ungkit yang telah usang. Siapa pun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok, sebab masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah. Siapa pun tidak akan suka dinilai dengan masa lalunya. Sebab harapan terbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam bertengkar pun kita perlu menjaga harapan dan bukan menghancurkannya. Sebab pertengkaran di antara orang yang masih mempunyai harapan, hanyalah sebuah foreplay, sedang Pertengkaran dua hati yang patah asa, menghancurkan peradaban cinta yang telah sedemikian mahal dibangun.

Kita harus berani berkata : "Hentikan pertengkaran!" ketika anak datang, lihat mata mereka, dalam binarannya ada rindu dan kebersamaan. Pada tawanya ada jejak kerjasama kita yang romantis, haruskah ia mendengar kata bahasa hati kita?

Kalau marah jangan di depan anak anak! Anak kita adalah buah cinta kasih, bukan buah kemarahan dan kebencian. Dia tidak lahir lewat pertengkaran kita. Karena itu, mengapa mereka harus menonton komedi liar rumah kita. An...ak yang melihat orang tua nya bertengkar, bingung harus memihak siapa. Membela ayah, bagaimana ibunya? Membela ibu, tapi itu kan bapak saya.